Sukses

Ikang Fawzi: Industri Properti Rugi 50 Persen Gara-Gara Corona

Dalam masa sulit ini, pengusaha properti tetap dibebani kewajiban seperti pembayaran gaji karyawan, bunga bank, hingga pajak.

Liputan6.com, Jakarta Musisi sekaligus pengusaha properti Ikang Fawzi mengatakan, bisnis di sektor properti yang digelutinya harus mengalami kerugian hingga 50 persen akibat wabah virus corona (Covid-19) berkepanjangan.

Kerugian tersebut tetap terasa meski pemerintah saat ini telah menetapkan masa new normal. "Maksimal revenue bisnis yang berjalan pada masa new normal hanya 50 persen dari masa normal," keluh dia dalam webinar bersama Real Estat Indonesia (REI), Kamis (23/7/2020).

Pria yang juga menjadi anggota REI tersebut mengungkapkan, dalam masa sulit ini, pengusaha properti tetap dibebani kewajiban seperti pembayaran gaji karyawan, bunga bank, hingga pajak.

Jika situasi ini terus terjadi, Ikang khawatir akan banyak perusahaan yang bergelut di bidang properti kelak akan kolaps. "Kondisi ini tidak pasti kapan akan berakhir. Bisa sampai 2-3 tahun mendatang," kata Ikang.

Dia menyebutkan, industri properti kini merasakan dampak yang sangat besar. Di antaranya, occupancy rate hotel yang turun 90 persen, pendapatan mal turun 75 persen, perkantoran turun 74,6 persen, hingga penjualan rumah komersil turun 50 persen.

Selain itu, ia pun menyayangkan implementasi berbagai kebijakan relaksasi pada sektor properti yang belum optimal, sehingga dampaknya belum dirasakan.

"Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang extraordinary khususnya bagi sektor properti. Relaksasi yang dibutuhkan yaitu perbankan, tenaga kerja, pajak, retribusi, perizinan, dan energi," ujar Ikang.

 
 
 

Saksikan video di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Masa Pandemi jadi Waktu yang Pas Buat Beli Rumah, Simak Alasannya

Pandemi Covid-19 masih melanda tanah air. Imbas pandemi ini dirasakan langsung oleh sektor properti yang mengalami perlambatan pertumbuhan harga di pasar premier.

Mengutip data Bank Indonesia, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang turun -1,68 persen dibandingkan kuartal 4 tahun 2019 yang turun -1,77 persen.

Tapi siapa sangka, kondisi ini justru dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengambil rumah terutama dengan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Tentu saja, karena harga properti jadi lebih murah.

"Jadi ini bisa dipikirkan juga, ini time to buy properti saat harga sedang melambat, karena harga properti itu akan terus naik sehingga dapat dijadikan investasi," jelas Direktur Konsumer Bisnis Bank Negara Indonesia (BNI) Corina Leyla Karnelis dalam paparan virtual, Kamis (23/7/2020).

Tak cuma lebih murah, Corina bilang, pandemi Covid-19 membuat masyarakat tidak mengeluarkan uang untuk jalan-jalan, hangout hingga travelling karena physical distancing dan protokol kesehatan wajib diterapkan. Alokasi dana yang tadinya digunakan untuk jalan-jalan dapat dialihkan untuk membeli properti baru.

"Apalagi, kondisi perlambatan harga akan berlanjut ke kuartal II," ujarnya.

Dengan demikian, saat ini menjadi momentum yang pas untuk masyarakat membeli properti. Semakin lama menunda, maka harga akan semakin mahal dan semakin sulit pula mendapat properti idaman.

Namun sebelum berinvestasi, Corina memberikan beberapa tips untuk masyarakat, terutama generasi milenal.

"Pilihlah bank dengan reputasi baik, jangan terjebak penawaran bunga murah dan jika kesulitan di Down Payment (DP), maka cari bank yang memberi DP ringan," jelasnya.

Lalu, jangan lupa menentukan cicilan KPR sesuai dengan kesanggupan bayar. Manfaatkan juga promo dan fitur yang diberikan bank untuk memudahkan pembayaran cicilan.

"Jika sudah, siapkan dokumen dengan lengkap dan dana yang dibutuhkan," katanya.