Sukses

Indonesia Bisa Terhindar dari Resesi, Ini Syaratnya

Indonesia masih punya kesempatan untuk terhindar dari resesi ekonomi di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional Budi Gunadi Sadikin mengutarakan, Indonesia masih punya kesempatan untuk terhindar dari resesi ekonomi di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Budi membuka asa bahwa pertumbuhan ekonomi negara pada kuartal III ini tidak tersungkur negatif. Dengan catatan, masyarakat mau disiplin mematuhi protokol kesehatan sehingga wabah virus corona tidak terus berkepanjangan.

"Pertumbuhan ekonomi ini susah, tapi chance memperoleh pertumbuhan yang tidak negatif masih ada. Asalkan kita bisa bersama-sama memastikan rasa aman, terbentuk perubahan perilaku, dan kita memulai aktivitas dengan disiplin yang kuat," ujar dia dalam sesi teleconference di Istana Negara, Jakarta, Rabu (29/7/2020).

Pemerintah disebutnya akan turut membantu lewat percepatan pengeluaran dana bantuan (disbursement) dari anggaran fiskal yang besar.

"Kita akan lihat bagaimana kita bisa mempercepat sampai September ini. Harapan untuk pertumbuhan ekonomi yang flat atau 0 itu masih ada," ucap dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Prediksi Jokowi

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat memprediksi Indonesia jadi negara dengan pemulihan ekonomi tercepat kedua setelah China pada 2021.

Pernyataan itu dibuat berdasarkan proyeksi dari sejumlah lembaga keuangan dunia, seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).

"Indonesia juga diproyeksikan masuk ke kelompok dengan pemulihan ekonomi tercepat setelah Tiongkok. Ini juga kalau proyeksi ini benar, saya kira patut kita syukuri," kata Jokowi.

Menurut dia, sejumlah lembaga keuangan dunia meramalkan, ekonomi global pada 2021 juga akan mulai tumbuh positif. IMF memperkirakan ekonomi global tumbuh 5,4 persen, Bank Dunia 4,2 persen, dan OECD 2,8 persen hingga 5,2 persen.

"Saya kira kalau perkiraan itu betul, kota akan berada pada posisi ekonomi yang juga mestinya itu di atas pertumbuhan ekonomi dunia," tutur Jokowi.

3 dari 4 halaman

Indonesia Bisa Terhindar dari Resesi, Asal Masyarakat Disiplin

Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad mengatakan Indonesia akan mengalami resesi yang cukup dalam. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III-2020 minus 1,3 persen sampai minus 1,5 persen.

"Meski lebih baik dibandingkan triwulan kedua, kami perkirakan minus 4 persen dan triwulan ketiga minus 1,3- minus 1,5," kata Tauhid dalam diskusi INDEF bertajuk Mempercepat Geliat Sektor Riil dalam mendukung Pemulihan Ekonomi: Peranan BUMN dalam mendukung pemulihan Ekonomi, Jakarta, Selasa (28/7).

Prediksi ini kata Tauhid berdasarkan asumsi realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) jika masih di bawah 30 persen dalam jangka waktu 5 bulan.

Selain itu beberapa negara lain juga diprediksi akan mengalami resesi seperti Singapura dan Korea Selatan. Resesi di negara-negara tersebut tidak hanya pada triwulan kedua tetapi juga berlanjut hingga triwulan ketiga tahun 2020.

"Jadi negara-negara tersebut sudah mengalami resesi yang cukup berat," kata Tauhid.

Selain itu, Tauhid menilai Thailand, Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat juga berpotensi mengalami resesi. Di Jepang misalnya, pada triwulan kedua pertumbuhan ekonominya -4,2 persen. Lalu Amerika Serikat juga diperkirakan terjun sampai minus 27 persen. Sementara Singapura minus 12 persen, Korea Selatan minus 3 persen dan Malaysia minus 9,7 persen.

Resesi yang dialami negara-negara ini pun berdampak pada kondisi perekonomian Indonesia. Apalagi jika mereka merupakan negara mitra dagang Indonesia.

"Kalau kita lihat pemerintah beberapa negara mitra dagang kita sudah mengumumkan resesi," kata dia.

4 dari 4 halaman

Korelasi dengan Indonesia

Sebab mereka memiliki korelasi yang kuat dengan Indonesia baik dari sisi perdagangan dan investasi. Termasuk wisatawan yang menyumbangkan devisa negara. Hal ini menjadi penting sebagai pembelajaran dari dampak pandemi Covid-19.

"Mengapa ini penting? Agar kita bisa melihat lesson learn dan dampak dari snowball yang terjadi di negara-negara tetangga kita, apalagi negara mitra dagang," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.comÂ