Liputan6.com, Jakarta - Singapura mengumumkan bahwa terjadi lonjakan angka pengangguran di kuartal II 2020 seiring mengganasnya wabah corona. Kementerian Tenaga Kerja Singapura mencatat, jumlah pengangguran mencapai 2,9 persen pada periode April-Juni 2020 lalu.
Dilaporkan CNBC, jumlah pengangguran ini menjadi yang terburuk dalam satu dekade terakhir. Sektor jasa dan konstruksi tercatat menjadi penyumbang utama tingkat pengangguran di negara termaju se-Asia Tenggara tersebut.
Selain itu, laju pengangguran di kuartal II ini telah melewati jumlah pengangguran pada kuartal I yang mencapai 2,4 persen. Bahkan, diprediksi tingkat pengangguran di negara tetangga Indonesia ini bisa mencapai 3,4 persen atau menjadi yang terburuk sejak krisis global tahun 2009 lalu.
Advertisement
Sebagai informasi, jumlah pengangguran Singapura di kuartal II tahun ini meningkat hingga 6.700 orang. Sedangkan pada kuartal I jumlah pengangguran tercatat ada 3.220 orang. Â
"Diprediksi kondisi pasar tenaga kerja di Singapura kemungkinan akan bertahan seperti ini. Namun tidak menutup kemungkinan lebih buruk, jika kondisi perusahaan kian tertekan dan berdampak pada PHK," kata Kementerian Tenaga Kerja Singapura.
Pemerintah setempat sendiri telah melaporkan lebih dari 50.000 kasus positif Covid-19. Epicentrum terbesar berada di penampungan pekerja migran di sektor industri konstruksi yang bergantung pada tenaga kerja murah.
Di sisi lain, Singapura juga tengah bersiap terhadap lonjakan pengangguran baru dari sektor pariwisata. Mengingat pemerintah belum mencabut larangan kunjungan wisatawan asing di tengah wabah ini.
"Pelarangan kunjungan wisatawan asing dan lockdown di seluruh penjuru negara ini telah menghancurkan bisnis ritel dan restoran. Sehingga mengakibatkan PHK besar-besaran di sektor pariwisata," jelas Kementerian Tenaga Kerja Singapura.Â
 Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Masuk Jurang Resesi, Ekonomi Singapura Minus 41,2 Persen
Ekonomi Singapura secara resmi mengalami resesi teknis. Pada kuartal ke-2 tahun 2020, ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut minus hingga 41,2 persen akibat terhantam pandemi Covid-19.
Prediksi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih parah dari prediksi analis. Survey yang dilakukan Reuters menyatakan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara diperkirakan merosot 37,4 persen dari kuartal ke kuartal.
Adapun, resesi teknis didefinisikan sebagai pelemahan ekonomi dalam dua kuartal secara berturut-turut. Pada Januari hingga Maret, PDB Singapura terkontraksi 3,3 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Lalu dibandingkan tahun sebelumnya, PDB Singapura anjlok 12,6 persen pada kuartal ke-2. Angka itu juga lebih parah dari proyeksi analis yang sebesar 10,5 persen.
Kinerja ekonomi negara tersebut kian melambat setelah pemerintah Singapura menerapkan lockdown parsial, yang diklaim dapat memutus tali penyebaran Covid-19.
Lockdown parsial itu sudah dilakukan sejak April dengan menghentikan aktivitas di tempat kerja kecuali untuk pelayanan publik yang penting dan esensial serta menutup sekolah sementara. Lockdown ini berjalan di kuartal ke-2 dan dilonggarkan pada awal Juni.
Dampaknya, tentu saja aktivitas ekonomi dan dunia usaha di Singapura terhantam. Permintaan domestik menurun demikian dengan permintaan global sehingga tidak ada yang dapat dijadikan pijakan agar ekonomi tumbuh.Â
Advertisement
Rincian
Secara rinci, pada kuartal ke-2 2020, sektor manufaktur tercatat masih tumbuh 2,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Sektor konstruksi ambles 54,7 persen, dan sektor jasa merosot 13,6 persen, dibanding tahun sebelumnya.
Adapun Singapura sendiri menjadi negara dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak se-Asia Tenggara dengan catatan 46.200 orang positif Covid-19 dan 26 orang meninggal dunia, menurut data Kementerian Kesehatan Singapura. Pandemi ini mungkin akan menjerumuskan Singapura ke dalam resesi yang lebih parah. Pemerintahnya sendiri sudah memproyeksi kontraksi ekonomi 4 hingga 7 persen tahun ini.
Singapura sendiri sudah menggelontorkan SGD 100 miliar untuk stimulus di tengah pandemi. Alex Holmes, ekonom Capital Economist menyatakan, gelontoran stimulus itulah harapan Singapura untuk bisa segera bangkit.
"Kunci optimisme Singapura terletak pada jumlah stimulus yang digelontorkan pemerintah, yang mencapai 20 persen dari GDP," katanya.Â