Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak para petani di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, untuk menggunakan asuransi pertanian. Hal ini sebagai antisipasi menyusul adanya ancaman gagal panen akibat tanaman padi yang rusak akibat diserang hama Wereng di Dusun 5 Desa Pematang Pelintahan, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.
Menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, petani harus melakukan langkah antisipasi terhadap potensi yang bisa menggangu pertanian. Salah satunya dengan memanfaatkan asuransi.
"Serangan hama seperti hama wereng memang sering mengganggu pertanian. Salah satu upaya yang bisa ditempuh petani adalah dengan memanfaatkan asuransi pertanian. Karena, kerugian yang diderita petani bisa di-cover dengan asuransi. Dan ini bisa menjaga pertanian agar tetap berlangsung," katanya, Senin (3/8 ).
Advertisement
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy menyampaikan hal senada. Menurutnya, asuransi adalah alternatif terbaik untuk menghadapi masalah di pertanian.
"Asuransi itu sangat membantu. Bahkan, Kementerian Pertanian membuat petani tidak terbebani dengan asuransi karena program ini kita sinergikan juga dengan KUR. Jadi, petani yang mengambil KUR, bisa lagsung membayar premi asuransi dan tidak akan memberatkan. Petani bukan hanya mendapat modal, tetapi juga bisa mendapat klaim jika terjadi gagal panen," tuturnya.
Untuk para petani, Sarwo Edhy menyarankan memaksimalkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Sebab, program ini bukan hanya membuat tenang, tetapi bisa mengindari petani dari kerugian.
"Untuk AUTP, premi yang harus dibayarkan tidak besar, sekitar Rp180 ribu/hektare (ha)/MT. Nilai pertanggungan sebesar Rp6 juta/Ha/MT. Asuransi ini memberikan perlindungan terhadap serangan hama penyakit, banjir, dan kekeringan,” jelasnya.
Salah seorang petani warga Dusun 5, Desa Pematang Pelintahan, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Irwansyah, mengaku sawah miliknya seluas 24 rante rusak akibat hama Wereng.
"Kalau dipanen, paling hanya dapat 10 goni, itupun persentasenya bisa kurang, karena padinya sudah 'gabok' tidak ada isinya sehingga tidak dapat di panen,"ucap Irwansyah.
(*)