Sukses

Saat yang Lainnya Terkapar, Sektor Informasi dan Komunikasi Mampu Tumbuh 10 Persen

Informasi dan Komunikasi menjadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif dan meningkat di antara 7 sektor.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia terkontraksi atau minus 5,32 persen di kuartal II 2020. Pandemi Covid-19 menjadi dalang utama yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai level terburuk sejak 1999.

Hal tersebut tercermin dari sektor penyangga ekonomi yang sebagian besar mengalami kontraksi akibat berbagai kebijakan penanganan Covid-19. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan, dari 17 sektor, hanya ada 7 sektor yang masih tumbuh meskipun melambat.

Salah satu dari 7 sektor tersebut ialah sektor Informasi dan Komunikasi (Infokom), yang tumbuh positif 10,88 persen di kuartal II 2020, meningkat dari kuartal II 2019 yang sebesar 9,60 persen.

"Di masa pandemi ini, sektor Infokom tumbuh signifikan sebesar 10,88 persen," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).

Pihaknya menjelaskan, pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi ini terjadi karena selama pandemi terjadi peningkatan belanja iklan televisi dan media digital, peningkatan trafik data penggunaan internet dan peningkatan jumlah pelanggan penyedia jasa internet maupun televisi interaktif berbayar.

Dengan pertumbuhan ini, Infokom menjadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif dan meningkat di antara 7 sektor.

"Sementara 6 sektor lainnya tumbuh tetapi melambat," jelasnya.

Adapun, 6 sektor lain yang dimaksud ialah sektor pertanian yang tumbuh 2,19 persen, sektor jasa keuangan sebesar 1,03 persen, serta jasa pendidikan sebesar 1,21 persen.

Kemudian, ada pula sektor jasa kesehatan yang tumbuh 3,71 persen dan sektor pengadaan air yang tumbuh 4,56 persen.

2 dari 2 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Minus 5,32 Persen di Kuartal II-2020, Indonesia di Ambang Resesi

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen, di kuartal II 2020 secara tahunan (year on year). Angka ini di atas  atau lebih besar dari prediksi sebelumnya.

Sebelumnya, pemerintah memproyeksi ekonomi Indonesia akan terkontraksi di angka -4,3 persen. Hal ini diungkapkan Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. 

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, ekonomi Indonesia juga terkontraksi secara quartal to quartal (q to q) yang sebelumnya 2,97 persen (kuartal I 2020). Pertumbuhan ekonomi di kuartal II minus 4,19 persen.

"Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I 2020 dibandingkan semester I 2019 terkontraksi 1,29 persen," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).

Dia menjelaskan, pandemi Corona yang melanda Indonesia sejak awal tahun menjadi penyebab utama penurunan pertumbuhan ekonomi ini.

Pandemi Covid-19 telah menciptakan efek domino dari masalah sosial dan ekonomi, dan dampaknya menghantam seluruh lapisan masyarakat mulai dari rumah tangga, UMKM hingga korporasi.

Harga komoditas migas dan hasil tambang di pasar internasional pada kuartal II 2020 secara umum mengalami penurunan baik q to q maupun yoy.

Sementara harga komoditas makanan seperti gandum, minyak kelapa sawit dan kedelai mengalami penurunan q to q, tetapi meningkat secara yoy.

"Di satu sisi negara mengutamakan kesehatan dengan menerapkan lockdown, PSBB dan lainnya, di sisi lain pemerintah juga berupaya agar tingkat ekonomi berjalan. Dan untuk menyeimbangkannya bukan persoalan gampang. Dan bisa dilihat, banyak negara yang mengalami kontraksi," kata Suhariyanto.