Sukses

Meski Minus 5,32 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Terus Membaik

BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen, di kuartal II 2020 secara tahunan (year on year). Angka ini di atas atau lebih besar dari prediksi sebelumnya, yakni -4,3 persen.

Namun demikian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat tren pertumbuhan di sejumlah indikator. Sinyal perbaikan ini seperti pada PMI manufaktur, indeks keyakinan konsumen, penjualan ritel, dan penjualan mobil, serta survey kegiatan usaha.

“Karena kalau kita lihat dalam situasi seperti ini adalah trennya. Nah trennya itu kalau kita lihat, PMI manufaktur Indonesia itu kita sudah terjadi kenaikan dari Maret terendah 27,5 dan 46,9 pada juli,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers Strategi Pemulihan Ekonomi Nasional dan Rilis PDB Kuartal II/2020, Rabu (4/8/2020).

“Jadi ini terjadi V curve di manufaktur. Ini yang menandakan adanya demand baik dari dalam negeri maupun ekspor sudah mulai muncul. Momentum ini yang harus kita jaga,” sambung dia.

Penjualan kendaraan bermotor (mobil) juga menunjukkan tren yang terus naik. titik terendahnya pada Mei -82,3 dan pada juni naik -54,6. “Jadi sudah mulai ada kenaikan,” kata Menko.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Penjualan Ritel

Penjualan retail pada Juni naik pada -14,4 dari Mei -20,6. Lainnya yang juga menunjukan tren kenaikan yakni Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Naik pada posisi 83,8 setelah turun di angka 77,8 pada Mei. Kemudian ada Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga sudah positif, dari -13,1 ke -5,1.

“Yang diharapkan oleh pemerintah adalah ada keyakinan bahwa ini akan recovery-nya dalam bentuk shape yang kembalikan, sehingga kuartal kedua ini betul-betul sebagai bottom dari perekonomian di Indonesia,” tutur Menko.

3 dari 3 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus 5,32 Persen, Ini Sebabnya

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020. Di atas perkiraan, ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.

Menurut Suhariyanto, pandemi Covid-19 menyebabkan hampir seluruh negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Berbagai kebijakan untuk menekan penyebaran Covid-19 seperti penutupan sekolah, bisnis, PSBB hingga lockdown mengakibatkan penurunan tingkat konsumsi dan investasi.

"Pandemi Covid-19 telah menciptakan efek domino dari masalah sosial dan ekonomi, dan dampaknya menghantam seluruh lapisan masyarakat mulai dari rumah tangga, UMKM hingga korporasi," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).

Pandemi ini membuat harga komoditas anjlok. Misalnya, harga minyak Indonesia atau ICP (Indonesia Crude Price) anjlok 57,9 persen secara year on year. Harga komoditas hasil tambang di pasar internasional seperti timah, aluminium, tembaga juga mengalami penurunan baik quarter to quarter (q-to-q) dan year on year (y-o-y).

"Sementara harga komoditas makanan seperti gandum, minyak kelapa sawit dan kedelai mengalami penurunan q-to-q, tetapi meningkat secara y-o-y," ujar Suhariyanto.