Liputan6.com, Jakarta - Tim Asistensi Menko Perekonomian sekaligus Sekretaris Eksekutif I Komite Kebijakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Raden Pardede mengaku sulit membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi ketidakpastian global yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Bahkan, sekelas lembaga-lembaga internasional pun beberapa kali mengubah proyeksinya.
"Jadi dalam situasi seperti ini kita harus akui sangat sulit sekali kita memastikan buat proyeksi pertumbuhan," kata dia dalam video conference di Jakarta, Rabu (5/8).
Baca Juga
Dia mencontohkan, Bank Dunia hingga OECD pun termasuk yang merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global. Dari yang sebelumnya positif, kemudian negatif, dan semakin negatif proyeksinya.
Advertisement
"Hampir seluruh lembaga internasional merevisi ke bawah faktor ketidakpastian ini terutama disebabkan oleh namanya pandemi covid ini sangat tergantung sekali apakah nanti kita bisa menemukan vaksin dengan cepat atau tidak," kata dia.
Menurut dia, faktor vaksin menjadi kunci utama agar pandemi Covid-19 bisa teratasi. Apalagi, saat ini penemuan vaksin telah diperlombakan hampir diseluruh negara dunia.
"Tidak ada yang bisa menjamin apakah positif atau negatif nanti ini kita harus akui memang ini berbeda dengan krisis-krisis yang sebelumnya krisis keuangan. Dengan rendah hati menyatakan akan sangat sulit sekali saya sebagai ekonom boleh katakan kali ini sulit sekali untuk membuat 1 proyeksi tahun depan," jelas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cegah Resesi
Ekonom Senior ini menambahkan, yang terpenting saat ini adalah bagaimana pemerintah bekerja keras agar mencegah terjadinya resesi dan pertumbuhan ekonomi kuartal III tidak ikut negatif.
"Artinya kalau kita bisa mendapatkan pertumbuhan 0,1 persen atau 0 persen di kuartal ketiga, saya pikir itu adalah menjadi target minimal kemudian juga di sepanjang tahun ini kalau kita bisa 0 persen itupun sudah adalah target yang minimal kalau kita itu bisa kita capai sudah lumayan bagus dibandingkan dengan negara lain," jelas dia
Tentu saja, untuk mencapai pertumbuhan diatas tergantung kelada dua hal. Pertama adalah berkaitan dengan stimulus pemerintah. Seberapa baik stimulus dan penyerapan dapat dilakukan dikuartal III dan ke-IV. Kemudian kedua bagaimana cara pemerintah menangani pandemi Covid-19 apakah bisa dikendalikan dari sebelumnya atau justru sebaliknya.
"Jangan sampai kita mengalami Resesi dan terjadi negatif itu dulu yang menjadi pegangan bagi kita," tandas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Meski Minus 5,32 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Terus Membaik
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen, di kuartal II 2020 secara tahunan (year on year). Angka ini di atas atau lebih besar dari prediksi sebelumnya, yakni -4,3 persen.
Namun demikian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat tren pertumbuhan di sejumlah indikator. Sinyal perbaikan ini seperti pada PMI manufaktur, indeks keyakinan konsumen, penjualan ritel, dan penjualan mobil, serta survey kegiatan usaha.
“Karena kalau kita lihat dalam situasi seperti ini adalah trennya. Nah trennya itu kalau kita lihat, PMI manufaktur Indonesia itu kita sudah terjadi kenaikan dari Maret terendah 27,5 dan 46,9 pada juli,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers Strategi Pemulihan Ekonomi Nasional dan Rilis PDB Kuartal II/2020, Rabu (4/8/2020).
“Jadi ini terjadi V curve di manufaktur. Ini yang menandakan adanya demand baik dari dalam negeri maupun ekspor sudah mulai muncul. Momentum ini yang harus kita jaga,” sambung dia.
Penjualan kendaraan bermotor (mobil) juga menunjukkan tren yang terus naik. titik terendahnya pada Mei -82,3 dan pada juni naik -54,6. “Jadi sudah mulai ada kenaikan,” kata Menko.
Penjualan Ritel
Penjualan retail pada Juni naik pada -14,4 dari Mei -20,6. Lainnya yang juga menunjukan tren kenaikan yakni Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Naik pada posisi 83,8 setelah turun di angka 77,8 pada Mei. Kemudian ada Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga sudah positif, dari -13,1 ke -5,1.
“Yang diharapkan oleh pemerintah adalah ada keyakinan bahwa ini akan recovery-nya dalam bentuk shape yang kembalikan, sehingga kuartal kedua ini betul-betul sebagai bottom dari perekonomian di Indonesia,” tutur Menko.
Advertisement