Liputan6.com, Jakarta - Setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi 5,32 pesen, semakin memperbesar kemungkinan Indonesia tergelincir dan resesi akibat pandemi covid-19. Meski sejumlah sektor menunjukkan tren pemulihan pasca dilonggarkannya PSBB, namun masih jauh dari normal.
“Ini harus diakui, ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Yang mau kita katakan, dengan rendah hati menyatakan akan sangat sulit sekali. Saya sebagai ekonom, sulit sekali untuk buat proyeksi untuk tahun ini dan tahun depan, dan bahkan kuartal 3,” ujr Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede dalam video konferensi, Rabu (5/8/2020).
Baca Juga
Raden menambahkan, yang saat ini ditargetkan pemerintah adalah mencegah resesi. Bahkan jika pertumbuhan ekonomi kuartal II tercatat 0 persen sekalipun.
Advertisement
“Yang ingin ditargetkan pemerintah adalah kita cegah resesi dan negatif growth. Kalau kita bisa dapatkan pertumbuhan 0,1 persen atau 0 persen pun, itu jadi target minimal,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lebih Baik
Target tersebut, kata Raden, jauh lebih baik dibandingkan harus mendapati pertumbuhan yang negatif. Sehingga, pemulihan ekonomi di kuartal selanjutnya akan sangat bergantung dengan upaya dari pemerintah saat ini.
“Skrg memang -5,32 persen, exercise kami di kemenko perekonomian -5,32 persen sampai -3 persen. pertaruhan kita kuartal 3 dan 4, dimana tergantung dua hal. Pertama sebetulnya terkait satu sama lain adalah stimulus pemerintah, seberapa baik di kuartal 3 dan 4,” kata Raden.
Advertisement