Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian melalui salah satu perguruan tinggi vokasinya, Politeknik ATI Padang, berkomitmen mengembangkan keilmuan energi terbarukan dengan membuka program studi Diploma IV yaitu Teknologi Rekayasa Bioproses Energi Terbarukan.
Peluncuran program studi ini langsung dilakukan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri Kementerian Perindustrian, Eko S.A. Cahyanto.
"Program studi ini akan menghasilkan tenaga kerja yang kompeten yang bisa langsung diserap oleh industri, sehingga industri lebih berkembang ke berbagai pelosok Indonesia dengan memanfaatkan energi terbarukan dalam menjalankan proses produksinya," dikutip dari keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (5/8/2020).
Advertisement
Energi terbarukan merupakan salah satu sumber energi yang tengah dikembangkan secara masif di Indonesia, tidak saja karena sumber energinya mudah ditemukan di Indonesia tetapi juga karena potensi bahan baku yang beraneka ragam. Energi terbarukan adalah upaya untuk mengatasi semakin menipisnya ketersediaan sumber energi fosil.
Pengembangan energi terbarukan ini harus dilakukan karena dengan hanya mengandalkan bahan bakar fosil (batu bara, minyak dan gas) sebagai sumber energi sudah tidak bisa dilakukan.
Saat ini energi terbarukan menjadi isu besar yang berpotensi mengubah peta geopolitik energi dunia.Kemajuan teknologi dan penurunan biaya teknologi membuat energi terbarukan tumbuh lebih cepat daripada sumber energi lainnya. Bahkan, beberapa teknologi energi terbarukan, seperti biodiesel atau bioethanol, sudah kompetitif disektor penggunaan sebagai bahan bakar.
Terlebih, daya saing tersebut belum memperhitungkan kontribusi energi terbarukandalam mengurangi polusi udara dan mencegah dampak perubahan iklim.
Bagi calon mahasiswa yang ini bergabung dalam program Diploma 4 Teknologi Rekayasa Bioproses Energi Terbarukan di Politeknik ATI Padang. Pendaftaran mahasiswa dapat dilakukan melalui www.jarvis.poltekatipdg.ac.id sampai dengan tanggal 24 Agustus 2020.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lahirkan Wirausaha Baru, Kemenperin Lanjutkan Program Santripreneur
Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka terus fokus mengembangkan wirausaha baru di sektor industri kecil dan menengah (IKM) dengan kembali melanjutkan program penumbuhan wirausaha baru di kalangan pesantren, Santripreneur.
Pembukaan kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan WUB dalam bentuk bimbingan teknis dan fasilitasi mesin/peralatan ini di selenggarakan secara daring di Jawa Tengah dan Jawa Timur diantaranya di Kota Malang, Kab. Malang, Kab. Purworejo, Kab. Kendal, Kab. Batang, Kota Semarang dan Kab. Demak.
Dirjen IKMA Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih menjelaskan, pihaknya terus menggalakan program Santripreneur ini karena melihat potensi besar dari pesantren dan santri.
“Pesantren dan para santri yang ada di pondok merupakan potensi yang dapat dikembangkan dengan stimulus yang tepat guna dan tepat sasaran. Kami melihat banyak pesantren yang sudah dapat memenuhi kebutuhan internal pesantren bahkan memiliki unit bisnis yang juga melayani kebutuhan luar pesantren," jelas Gati di Jakarta, Senin (3/8/2020).
Pandemi virus corona atau Covid-19 benar-benar menabrak setiap sisi kehidupan manusia. Mulai dari sisi kesehatan, kehidupan sosial juga ekonomi.oleh karena itu di tengah dampak Pandemi, Ditjen IKMA tetap memberi semangat untuk berwirausaha seperti saat ini di kalangan Pondok Pesantren.
Dirjen IKMA menjelaskan, kegiatan Bimbingan Teknis dan Fasilitasi Mesin/Peralatan ini merupakan implementasi program Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha Baru di lingkungan Pondok Pesantren (Santripreneur) tahun anggaran 2020 yang dilaksanakan oleh Ditjen IKMA bekerjasama dengan 8 Pondok pesantren yaitu kegiatan Fasilitasi Mesin/Peralatan Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh, Pondok Pesantren An Nur II Al Mutadlo, Pondok Pesantren Al Iman.
Kemudian, Pondok Pesantren Nuril Anwar, Pondok Pesantren Azzahro’, Pondok Pesantren Al Minhaj, Pondok Pesantren Askhabul Kahfi dan Pondok Pesantren Sholihiyyah.
“Fasilitasi mesin/peralatan produksi ini kami berikan kepada pondok pesantren dengan harapan alat ini dapat dimanfaatkan bagi pondok pesantren sebagai unit bisnis yang baru pada pondok pesantren,”ungkap Gati.
Adapun Fasilitasi mesin/peralatan produksi tersebut antara lain di bidang olahan pangan & minuman, perbengkelan roda dua; kerajinan boneka dan kain perca; konveksi busana muslim & seragam; daur ulang sampah dan produksi pupuk organik cair, Kosmetik dan Home-Care, dan Paving Block.
“Ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama antara Pemerintah dengan masyarakat, terutama bagi para santri untuk bersama-sama membangun ekosistem kewirausahaan yang lebih baik. Oleh karena itu saya mendorong agar para santri selepas lulus dari pondok pesantren tidak hanya menjadi guru di Mushola atau Masjid tapi juga menjadi seorang Santripreneur," terang Gati.
Advertisement
Bina 75 Pondok Pesantren
Gati menyampaikan, sejak tahun 2013 termasuk 8 pondok pesantren hari ini, Kemenperin telah membina sebanyak 75 pondok pesantren dan 9.988 orang santri, dengan jenis kegiatan pelatihan Bimbingan teknis produksi, bantuan mesin/ peralatan yang beragam seperti: olahan pangan & minuman, perbengkelan roda dua; kerajinan boneka dan kain perca; konveksi busana muslim & seragam; daur ulang sampah dan produksi pupuk organik cair, Kosmetik dan Home-Care, Paving Blok dll.
“Unit industri yang dijalankan oleh Pondok Pesantren jika dikelola dengan baik tentunya akan bertambah maju, karena didukung dengan lokasi pondok pesantren yang berada disekitar pemukiman penduduk yang sangat strategis untuk berwirausaha dibidang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar.”terangnya.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Malang, Wahyu Setianto, yang juga memberikan sambutan sebagai perwakilan dari dinas terkait kegiatan ini menyambut baik dan memberikan apresiasi kepada Ditjen IKMA kementerian Perindustrian atas penyelenggaraan kegiatan bimbingan teknis wirausaha IKM berbasis Pondok Pesantren di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur ini.
Menurutnya, melalui kegiatan ini dapat mengembangkan pemberdayaan ekonomi berbasis pondok pesantren dan menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan di kalangan santri maupun alumni santri dan juga menguatkan ekonomi produktif berbasis industri serta melahirkan wirausaha baru di kalangan pondok pesantren.
“Apalagi di tengah era new normal saat ini, melakukan recovery ekonomi daerah menjadi fokus kita saat ini, karena itu skema-skema pelatihan/bimtek untuk menumbuhkan wirausaha baru dan peningkatan kapasitas pelaku IKM diiringi dengan pemberian bantuan peralatan dan mesin produksi akan mengakselerasi pergerakan para pelaku IKM.”jelasnya.
K.H. Prof. Dr. Ir Mohammad Bisri selaku perwakilan pondok pesantren yang mewakili ke-delapan Pimpinan Pondok Pesantren berharap program Santripreneur ini mampu berperan menambah lapangan kerja dan menekan angka kemiskinan.