Sukses

Menteri Edhy: Kita Sibuk Berdebat Soal Lobster, Sampai Lupa Sumber Daya Lain

Begitu banyak spesies ikan, udang, kepiting hingga lobster yang dapat dikembangkan dan dibudidayakan di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo menyatakan, Indonesia punya sumber daya maritim yang melimpah. Begitu banyak spesies ikan, udang, kepiting hingga lobster yang dapat dikembangkan dan dibudidayakan.

Namun menurutnya, selama ini berbagai pihak hanya sibuk berdebat tentang lobster. Padahal, potensi kelautan yang lain masih jauh lebih banyak dan beragam.

"Kita bicara lobster. Kita sibuk berdebat tentang lobster. Padahal lobster baru sebagian kecil masalah potensi yang akan kita bangkitkan. Masih banyak potensi lainnya," kata Edhy dalam launching Buku Besar Maritim Indonesia (BBMI) dan Bank Genetik Ikan (BGI) Indonesia di Kantornya, Jumat (7/8/2020).

Misalnya saja, ikan kerapu. Edhy berujar, dulu ikan kerapu hanya bisa didapatkan di laut dangkal dengan bahan peledak. Namun kini, masyarakat bisa membudidayakannya.

"Kerapu itu ada kerapu macan dan kerapu tikus, kerapu tikus tumbuhnya cepat. Sekarang kerapu tikus kita berhasil silangkan. Belum begitu besar, dan kita harapkan ke depan kita bisa jadi pusat kerapu dunia," kata Edhy.

Selain lobster, edhy juga menjelaskan potensi ikan Cobia. Menurut para pembudidaya di Indonesia, ikan Cobia adalah satu-satunya ikan yang pertumbuhannya bisa 6 kg per tahun. Ikan kerapu, lanjutnya, biarpun sudah disilangkan pertumbuhannya hanya 2 hingga 3 kg saja. Oleh karenanya, spesies ini harus dikembangkan.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kepiting

Terdapat pula budidaya kepiting yang bisa menghasilkan 50 ribu telur dari 1 ekor kepiting. Edhy bilang, Indonesia tidak perlu khawatir kepiting akan punah karena spesies ini sudah berhasil dikembangbiakkan.

Kemudian, budidaya udang Vaname Edhy bercerita, dulu, produksi udang ini tidak sampai 1 ton per hektar. Namun dengan teknologi, sekarang budidaya mampu menghasilkan 40 ton per hektar bahkan 60 ton.

"Bahkan ada yang berani supra-intensif, itu sampai 150 ton, tapi saya nggak sarankan karena itu ribet dan mahal. Dan itu baru Vaname. Masih ada udang windu dan lainnya, ini potensi lonjakan yang bisa kita lakukam," kata Edhy.