Sukses

Perubahan Perilaku Konsumen selama Pandemi Paksa UMKM Go Digital

Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menyebut kondisi pandemi covid-19 memaksa UMKM untuk go digital.

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menyebut kondisi pandemi covid-19 menjadi peluang untuk UMKM go digital. Hal ini karena perilaku konsumen sehingga mau tidak mau UMKM juga beralih go online.

“Di marketplace sendiri kami mencatat berdasarkan data dari Kominfo ada sekitar 8 juta UMKM yang sudah onboarding ke platform digital, sekitar dari keseluruhan 60 juta UMKM baru 8 juta UMKM yang onboarding. Kita mencanangkan tambahan 2 juta UMKM onboarding sampai akhir 2020 di bawah program Bangga Buatan Indonesia,” kata Public Policy & Government Relation idea Rofi Uddarojat, dalam webinar Digitalisasi UMKM: Tantangan dan Peluang, Selasa (11/8/2020).

Rofi menyebut, terjadi perubahan perilaku konsumen marketplace di tengah pandemi covid-19. Semula konsumen hanya mencari barang-barang tersier di marketplace. Namun, kini dengan adanya pandemi ini konsumen menginginkan kebutuhan primer dan sekunder. Contohnya adalah bahan makanan, alat kesehatan, dan kebutuhan lain yang lebih mendesak dibandingkan kebutuhan tersier.

“Kami melihatnya adalah memang di saat covid-19 ini yang offline banyak yang tutup, karena ada suatu kejadian yang tidak kita harapkan tapi mungkin bisa mengambil hikmah di situ, banyak kemudian UMKM yang memanfaatkan platform digital sebagai alternatif untuk berjualan,”ujarnya.

Apalagi semenjak pandemi, pemerintah menghimbau agar masyarakat bekerja di rumah saja atau Work From Home dan tetap di rumah saja. Hal ini secara tidak langsung membuat UMKM tidak berjualan secara offline lagi karena konsumen tidak datang.

Sehingga UMKM akhirnya beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen yang muncul sejak pandemi ini dengan beralih go digital, dengan menggunakan marketplace atau media sosial sebagai alternatif memasarkan produk dan jasanya.

“Kami mengajak semua UMKM terdampak yang offline untuk masuk ke online, bagaimanapun juga inovasi teknologi tidak bisa dibendung yang namanya entrepreneurship saya kira salah satu prinsipnya adalah mampu beradaptasi terhadap segala kondisi,” pungkasnya.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

72 Persen UMKM di Jabodetabek Masih Belum Melek Teknologi

Survey Katadata Insight Center (KIC) mengatakan sebanyak 72 persen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jabodetabek per Juni 2020 mencatat omzet di bawah Rp 500 juta per tahun.

Direktur Riset Katadata Insight Center (KIC) Dr. Mulya Amri mengatakan 43 persen diantaranya omzet usaha mikro bahkan di bawah Rp 100 juta.

“Dari jenis produk usahanya 50 persen lebih adalah eceran, seperti sembako, pulsa, makanan dan minuman,” kata Mulya dalam seminar virtual Jaga UMKM Indonesia, Selasa (11/8/2020).

Sementara dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) yang mereka pekerjakan, hampir 90 persen itu karyawannya dibawah 10 orang, 14 persen tidak punya karyawan sama sekali, dan 73 persen diantaranya hanya mempekerjakan 1-10 karyawan saja.

Lalu untuk jangkauan pasar sebanyak 81 persen hanya berjualan di lingkungan sekitar. Namun mereka juga ada yang ke skala besar kebanyakan 67 persen di dalam kota dan skalanya lokal, seperti usaha rumahan, pinggir jalan, dan pasar.

Kemudian target dan cara meraih konsumennya, mereka kebanyakan masyarakat langsung. Ada juga yang menjual produknya ke UMKM lain bahkan ke industri atau pabrik perusahaan besar.

“Dari sini kita melihat ada cukup banyak kesempatan memperluas pembeli dari produk UMKM,” ujarnya.