Sukses

Pendapatan Rumah Tangga Indonesia Turun 65 Persen

Penurunan pendapatan rumah tangga pada penduduk di Indonesia secara angka lebih besar dibanding rata-rata populasi global.

Liputan6.com, Jakarta - PricewaterhouseCoopers (PwC) melaporkan hasil survey Global Consumer Insights 2020 dengan tema 'Before and After the Covid-19'. Dalam survei tersebut dipaparkan, pendapatan rumah tangga Indonesia turun 65 persen selama pandemi virus corona.

Retail and Consumer Leader PwC Peter Hohtoulas mengatakan, penurunan pendapatan rumah tangga pada penduduk di Indonesia secara angka lebih besar dibanding rata-rata populasi global.

"Kami mencatat adanya penurunan konsumsi 65 persen di Indonesia, secara global itu 45 persen. Angka yang sangat besar," kata Peter dalan sesi teleconference, Kamis (13/8/2020).

Peter menyampaikan, pendapatan rumah tangga anjlok akibat pandemi lantaran banyak konsumer, khususnya di pasar negara berkembang, yang penghasilannya turun, dan belum terbiasa beradaptasi dengan kebiasaan baru seperti work from home (WFH).

Menurut catatannya, aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga waktu kerja yang berkurang berakibat pada pendapatan rumah tangga di Indonesia yang turun 63 persen, dan global merosot 40 persen.

Di sisi lain, kondisi tersebut juga membuat tagihan rumah tangga seperti pembayaran listrik dan utang konsumsi naik. Di Indonesia kenaikannya mencapai 63 persen, sementara secara rata-rata global 41 persen.

"Pemerintah harus bersinergi dengan perusahaan untuk merencanakan kelanjutan bisnis. Sementara dalam sudut pandang pekerja, mereka harus dapat kepastian bahwa bisnis tetap dapat berjalan meski tidak semua berada di kantor," imbuh Peter.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sesuai Prediksi, Konsumsi Rumah Tangga Jadi Biang Kerok Ekonomi Indonesia Minus

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2020 turun hingga minus 5,51 persen. Angka tersebut jauh merosot di bawah konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2020 sebesar 2,83 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pelemahan terdapat pada seluruh komponen konsumsi rumah tangga. Hanya dua yang tumbuh melambat, yaitu komponen perumahan dan pelengkapan rumah tangga serta komponen kesehatan dan pendidikan.

"Apa yang terjadi pada konsumsi rumah tangga, sehingga mengalami kontraksi yang dalam sebesar 5,51 persen. Seluruh komponen rumah tangga mengalami kontraksi," ujar Suhariyanto di Jakarta, Rabu (5/8/2020).

Pertumbuhan negatif paling dalam terlihat pada restoran dan hotel. Penjualan eceran juga mengalami kontraksi pada seluruh kelompok penjualan, antara lain makanan, minuman, dan tembakau.

"Penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor juga mengalami kontraksi. Jumlah penumpang angkutan rel, laut dan udara terkontraksi. Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit dan kartu kredit terkontraksi," jelasnya.