Liputan6.com, Jakarta - Harga emas disebutkan bisa kembali naik meskipun beberapa hari terakhir mengalami penurunan, menurut salah satu penerbit Exchange Traded Fund (ETF).
Mengutip laman CNBC International, Kamis (13/8/2020), logam mulia ini memang mengalami penurunan hingga 6 persen pada perdagangan Kamis (13/8/2020). Namun, Van Eck Associates CEO Jan van Eck menyatakan, harga emas bakal mencapai USD 3.400 per troy ounce.
Hal ini disebabkan deflasi yang terjadi beriringan dengan gelontoran stimulus pemerintah dan risiko sistemik telah menciptakan kondisi bullish (kecenderungan harga untuk naik terus menerus) untuk emas beberapa waktu belakang.
Advertisement
"Kami benar-benar bullish musim panas lalu ketika emas keluar dari posisi sideways (posisi dimana bullish dan bearish sama-sama kuat) selama 6 tahun, dan kemudian konfirmasi teknis lainnya terjadi ketika harga naik ke level tertinggi sebulan yang lalu," kata van Eck.
van Eck melanjutkan, harga emas ini bisa bersaing dengan tingkat suku bunga obligasi. Jika suku bunga obligasi tinggi, emas, yang tidak memberikan suku bunga, akan menjadi kurang menarik. Sekarang, saat suku bunga menuju nol, orang-orang beralih ke emas.
"Pasar bullish emas akan berakhir ketika tingkat suku bunga naik. Namun, The Fed belum ada pertimbangan menaikkan suku bunga, jadi kami pikir ini akan menjadi siklus yang panjang," tutur van Eck.
Tom Lydon, CEO of ETF Trends and ETF Database menambahkan, permintaan perhiasan di negara berkembang terus menguat sehingga mendukung naiknya harga emas ini.
"Ini bukan hanya bank sentral. Bukan hanya investor individu seperti kami. Permintaan perhiasan terus kuat di negara-negara pasar berkembang. Itu juga mendukung harga, dan pada akhirnya, semakin mahal," tuturnya.
Ben Carlson dari Ritholtz Wealth Management juga bilang, emas bisa menjadi lindung nilai terhadap dolar yang fluktuatif. Penelitian Carlson menunjukkan dalam 50 tahun terakhir, dolar naik secara tahunan kira-kira separuh waktu. Pada tahun-tahun ketika mata uang AS naik, pengembalian tahunan rata-rata emas adalah sekitar 1 persen kerugian. Di tahun-tahun ketika turun, pengembalian emas sekitar 18 persen.
"Anda memeriksa suku bunga riil dan inflasi dan semua hal ini, tapi emas sebenarnya adalah lindung nilai yang sangat bagus terhadap dolar AS yang jatuh. Jika dolar terus turun, itu mungkin bukan hal yang buruk untuk berinvestasi ke emas," kata Carlson.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Emas Tergelincir, Saatnya Jual?
 Harga emas diprediksi terus mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan munculnya optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi global serta penemuan vaksin Covid-19, membuat pasar berani ambil resiko berinvestasi di instrumen seperti dolar Amerika Serikat, saham dan obligasi.
Hari ini saja, Rabu (12/8/2020) harga emas di pasar spot turun 5,2 persen menjadi USD 1.921,50 per ounce, dari rekor tertingginya pada akhir pekan lalu yang sebesar USD 2.072,50 per ounce. Sedangkan, emas berjangka Amerika Serikat (AS) juga turun 4,6 persen menjadi USD 1.946,30 per ounce (dikutip dari Laman Reuters).
Lantas dengan tren penurunan ini, apakah saat ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan penjualan emas?
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan, sekarang merupakan waktu yang tepat untuk menjual emas karena harga diprediksi bakal anjlok ke level USD 1.800 per troy ounce atau bahkan ke level USD 1.615 per troy ounce akibat membaiknya ekonomi AS dan ditemukannya vaksin Covid-19 dari Rusia.
"Makanya saya katakan inilah waktu yang tepat untuk menjual. Bahkan saya (katakan) saat di level USD 2.050, ini saatnya jual, waktunya jual," ujar Ibrahim saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (12/8/2020).
Bahkan, menurut Ibrahim, penurunan harga emas ke level USD 1.800 bisa saja terjadi minggu ini. Hal ini dikarenakan setiap harinya, perdagangan emas dibuka dengan harga yang lebih rendah dibanding hari sebelumnya.
Dalam analisanya, Ibrahim menjelaskan kemungkinan fluktuasi harga emas ini akan mirip seperti tren di tahun 2011. Awalnya, harga emas sempat mencapai USD 1.920 per troy ounce namun turun menjadi USD 1.150 di tahun berikutnya.
"Kemudian berangsur naik hingga USD 1.900 sampai tahun 2020. Jadi USD 1.615 itu level terendah seperti di tahun 2011 yang lalu," katanya.
Oleh karenanya, jika tidak mau rugi, maka para investor bisa segera menjual emas mereka. Hal ini juga berlaku untuk pemilik emas batangan.
Namun, Ibrahim tidak menyarankan pembelian emas di tahap ini.
"Tapi, kalau untuk beli, jangan beli dulu. Mungkin, orang yang baru kemarin beli akan mengalami kerugian yang cukup tajam. Dan itu nanti butuh waktu 9 hingga 10 tahun untuk balik modal, tahun 2029 baru balik modal," katanya.
Advertisement