Liputan6.com, Jakarta - Harga emas jatuh pada hari Jumat. Dengan begitu, emas di jalur mingguan terburuknya sejak Maret.Â
Pergarakan harga emas ini karena kenaikan imbal hasil Treasury AS dan kemacetan atas tagihan stimulus AS untuk membantu ekonomi yang terkena virus corona, sehingga mengurangi daya pikat logam.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, Sabtu (15/8/2020), harga emas di pasar spot turun 0,5 persen menjadi USD 1,943,18 per ounce dan emas berjangka AS turun 1 persen pada USD 1,949,80.
Advertisement
Setelah mencapai rekor puncak USD 2.072,50 pada 7 Agustus dan naik selama sembilan minggu sebelumnya, harga emas batangan turun 4,5 persen minggu ini.
"Pasar emas berada dalam keadaan parabola, jadi ketika Anda melakukan sedikit kenaikan dalam imbal hasil bersama dengan kebuntuan pada tagihan stimulus, itu akan melihat sedikit retracemen," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
“Kami mungkin telah melangkah terlalu jauh, terlalu cepat, dan kami yakin pasar membutuhkan jeda, konsolidasi. Dan itulah yang kami lihat," tambah dia.
Data ekonomi lebih buruk dari yang diperkirakan, termasuk penjualan ritel AS yang mengecewakan, juga tidak membantu emas safe-haven.
Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun melayang di dekat tertinggi tujuh minggu. Sementara harapan untuk putaran baru bantuan virus corona AS memudar saat Kongres memasuki masa istirahat.
Hasil yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang aset non-imbal hasil seperti emas batangan, dimana harga emas telah naik lebih dari 28 persen sepanjang tahun ini.
"Kami akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa lagi dengan kemungkinan paket stimulus yang substansial dan kemungkinan kekacauan di sekitar pemilu akan mendorong orang untuk melarikan diri," kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investasi.
Â
Harga Emas Diprediksi Kembali Naik, Sentuh USD 3.400 per Troy Ounce
 Harga emas disebutkan bisa kembali naik meskipun beberapa hari terakhir mengalami penurunan, menurut salah satu penerbit Exchange Traded Fund (ETF).
Mengutip laman CNBC International, Kamis (13/8/2020), logam mulia ini memang mengalami penurunan hingga 6 persen pada perdagangan Kamis (13/8/2020). Namun, Van Eck Associates CEO Jan van Eck menyatakan, harga emas bakal mencapai USD 3.400 per troy ounce.
Hal ini disebabkan deflasi yang terjadi beriringan dengan gelontoran stimulus pemerintah dan risiko sistemik telah menciptakan kondisi bullish (kecenderungan harga untuk naik terus menerus) untuk emas beberapa waktu belakang.
"Kami benar-benar bullish musim panas lalu ketika emas keluar dari posisi sideways (posisi dimana bullish dan bearish sama-sama kuat) selama 6 tahun, dan kemudian konfirmasi teknis lainnya terjadi ketika harga naik ke level tertinggi sebulan yang lalu," kata van Eck.
van Eck melanjutkan, harga emas ini bisa bersaing dengan tingkat suku bunga obligasi. Jika suku bunga obligasi tinggi, emas, yang tidak memberikan suku bunga, akan menjadi kurang menarik. Sekarang, saat suku bunga menuju nol, orang-orang beralih ke emas.
"Pasar bullish emas akan berakhir ketika tingkat suku bunga naik. Namun, The Fed belum ada pertimbangan menaikkan suku bunga, jadi kami pikir ini akan menjadi siklus yang panjang," tutur van Eck.
Tom Lydon, CEO of ETF Trends and ETF Database menambahkan, permintaan perhiasan di negara berkembang terus menguat sehingga mendukung naiknya harga emas ini.
"Ini bukan hanya bank sentral. Bukan hanya investor individu seperti kami. Permintaan perhiasan terus kuat di negara-negara pasar berkembang. Itu juga mendukung harga, dan pada akhirnya, semakin mahal," tuturnya.
Ben Carlson dari Ritholtz Wealth Management juga bilang, emas bisa menjadi lindung nilai terhadap dolar yang fluktuatif. Penelitian Carlson menunjukkan dalam 50 tahun terakhir, dolar naik secara tahunan kira-kira separuh waktu. Pada tahun-tahun ketika mata uang AS naik, pengembalian tahunan rata-rata emas adalah sekitar 1 persen kerugian. Di tahun-tahun ketika turun, pengembalian emas sekitar 18 persen.
"Anda memeriksa suku bunga riil dan inflasi dan semua hal ini, tapi emas sebenarnya adalah lindung nilai yang sangat bagus terhadap dolar AS yang jatuh. Jika dolar terus turun, itu mungkin bukan hal yang buruk untuk berinvestasi ke emas," kata Carlson.
Advertisement