Sukses

Disulap Lebih Modern, Intip Mewahnya Sarinah Tahun Depan

Pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, Sarinah sedang direnovasi dan direvitalisasi.

Liputan6.com, Jakarta - Pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, Sarinah sedang direnovasi dan direvitalisasi. Perbaikan ruang komersial ini ditargetkan akan selesai 17 Agustus 2021 mendatang.

Direktur Utama Sarinah Fetty Kwartati menyatakan, Sarinah ke depan tidak cuma jadi pusat perbelanjaan biasa, tapi juga punya sederet fasilitas modern dan mengedukasi seperti amfiteater, co-working space bahkan museum.

"Bicara konsep bisnis, sangat in-line sekali bahwa Sarinah harus transform dari konsep bisnsinya. Maka kami usulkan ada 4 area yang menjadi konsep bisnis Sarinah kedepan yaitu retail, trading, digital, dan properti," ujar Fetty dalam tayangan virtual, Selasa (18/8/2020).

Fetty melanjutkan, Sarinah terkenal sebagai toserba atau department store. Hal akan ditransformasikan sebagai specialty store karena ini lebih relate dan relevan dengan kekinian konsumen dan pola belanja modern.

Nantinya, specialty store akan memuat banyak produk fashion, shoes craft, health and beauty, accessories dan bag dan lainnya.

Lalu, ada pula konsep food and beverage. Menurut Fetty, konsep ini adalah konsep ritel yang sangat resilien dan ini sangat in-line dengan Indonesia yang memiliki culinary culture.

"Makanan nusantara begitu kaya dan Sarinah sangat releven dalam hal food and beverage. Jadi akan ada Sarinah Coffee, liga chef, Sarinah Food Court dan Culinary Culture Center," jelasnya.

Kemudian ke depan, Sarinah juga akan merambah turis-turis mancanegara melalui toko duty free yang berpotensi untuk berpartner dengan international player.

Nantinya, kategori produknya bakal meliputi, LTC, perfume and cosmetic, fashion, confectionary, namun tetap memberi porsi besar untuk produk UMKM dan lokal.

"Kemudian ada cultural zone, adalah konsep baru dimana kami akan sangat memberikan edukasi mengenai culture, ada food culture, art culture, dan experience dan education," katanya.

Bahkan, Sarinah juga menyediakan co-working space karena tren zaman sekarang, orang-orang senang bekerja dan berkumpul di co-working space.

Sarinah juga akan mengimplementasikan konsep trading house, dimana para pelaku usaha melakukan showcase produk UMKM yang telah terkurasi dengan kategori luas. Konsep ini diyakini bisa menjadi meeting hub antara mitra internasional dan UMKM.

"Harapannya Sarinah bisa menjadi agregator dan memperoleh big data untuk UMKM dan memasarkannya secara digital maupun offline, kami juga bisa bermitra dengan ITPC dan Kedutaan Besar di luar negeri," katanya.

Produk sarinah nantinya akan melalui proses capacity builder bekerja sama dengan Smesco, pihak swasta dan Kementerian lain untuk membuat UMKM naik kelas. Nantinya, Sarinah akan menjadi wadah ekspor dan meningkatkan kualitas produk dari sisi desain.

Intinya, konsep Sarinah tidak akan sama seperti mall besar di Jakarta yang sudah mainstream, namun mengandalkan aktivitas komunitas di dalamnya.

"Konsep yang akan kami angkat yaitu konsep community mall, jadi tidak head-to-head dengan GI (Grand Indonesia), PI (Plaza Indonesia), atau mall lainnya, tapi menjadi mal khusus dan unik karena mengandalkan komunitas, neighborhood dan public engagement yang akan menjadi daya tarik khusus Sarinah," tuturnya.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

2 dari 2 halaman

Revitalisasi Sarinah, Erick Thohir Tekankan Hal Ini

Pusat perbelanjaan Sarinah sedang mengalami revitalisasi saat ini. Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan, Sarinah harus diubah menjadi lebih modern dan kekinian untuk bisa menjangkau pasar di era kini.

Supaya Sarinah dapat bertransformasi dengan sukses, maka perlu dilakukan juga kolaborasi dengan pihak lain.

"Kita melihat transformasi yang sudah dijabarkan Bu Dirut (Dirut Sarinah Fetty Kwartati) sudah bagus, tinggal diimplementasikan. Tapi saya ingin tambahkan kolaborasi. Suksesnya Sarinah juga mesti ada kolaborasi," kata Erick dalam tayangan virtual, Selasa (18/8/2020).

Saat ini BUMN telah memiliki 12 klaster, salah satunya klaster pariwisata dan pendukung. Di dalam klaster tersebut, sebanyak 8 BUMN yang berkaitan digabungkan dan dikolaborasikan demi kinerja bisnis yang lebih baik dan terciptanya supply chain yang efisien.

Namun, penggabungan itu bukan berarti akan merusak ekosistem kerja sama yang tercipta dengan swasta, UMKM, BUMD dan BUMDes.

"Tetapi ini sebuah keberpihakan di mana ketika kita melihat Covid-19 terjadi, ya, memang selain kita mesti mandiri, tetapi kita juga harus memperbaiki supply chain kita," tutur Erick.

Dia berharap Sarinah tidak hanya bertransformasi, tapi juga mengedepankan kolaborasi, apalagi di bawah klaster sangat kuat.

UMKM harus disukseskan sedemikian rupa, sehingga tujuan Sarinah melakukan transformasi dan kolaboratif ini ada dampaknya, bukan sekedar lip-service.

Kata Erick, jika Sarinah menemukan ada BUMN pariwisata yang tidak mengedepankan produk lokal, maka pihaknya bisa melapor ke Mantan Bos Inter Milan itu.

"Ada airport, ada penerbangan, ada Hotel Indonesia. Jadi kalau Hotel Indonesianya tidak memproritaskan produk Indonesia, Sarinah bisa lapor saya. Kalau produk Hotel Indonesia impor-impor, bisa lapor saya. Begitu juga Garuda. Bukan berarti pesawatnya nggak boleh impor, kita belum bisa. Tapi di dalamnya, seragamnya, atau alat jualannya, kalau bisa merek lokal harus didahulukan," tutur dia.