Sukses

Warga Pendapatan Rendah Paling Pesimistis Pandemi Bakal Cepat Berakhir

Rumah tangga dengan pendapatan menurun saat pandemi memiliki ekspektasi paling rendah untuk dapat bekerja normal dalam enam bulan ke depan.

Liputan6.com, Jakarta - Survei yang dilakukan Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI) menemukan fakta bahwa mayoritas rumah tangga relatif pesimistis mengenai pandemi bisa berakhir dalam waktu dekat .

"Mungkin mayoritas rumah tangga baik bekerja atau berusaha itu relatif pesimistis pandemi ini akan berakhir dan pemulihan dalam waktu yang cepat," kata Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho dalam video konferensi, Rabu (19/8/2020).

Survei yang dilakukan secara daring ini melibatkan 1.548 responden yang mengisi semua pertanyaan survei. Kemudiaan membaginya dalam dua kelompok, yaitu pencari nafkah utama berstatus sebagai pegawai (79,7 persen) dan sisanya sebagai wirausaha (20,3 persen).

Survei itu memperlihatkan sebagian besar rumah tangga memprediksi pandemi berakhir dalam periode enam bulan sampai satu tahun. Keyakinan tersebut berasal dari rumah tangga dengan pendapatan di atas Rp 7 juta.

Lebih lanjut, berikut rincian responden yang sepakat dengan opini serupa yaitu pandemi berakhir dalam periode enam bulan sampai satu tahun:

- 32,94 persen rumah tangga berpendapatan kurang dari Rp 1,5 juta.

- 32,6 persen responden pendapatan Rp 1,6 juta-Rp 3 juta

- 35,1 persen untuk pendapatan Rp 3,1 juta-Rp 5 juta

- 39,34 persen untuk pendapatan Rp 5,1 juta-Rp 7 juta,

- 40,65 persen untuk pendapatan Rp 7,1 juta-Rp 10 juta

- 43,17 persen dari pendapatan Rp 10,1 juta-Rp 20 juta

- 46,82 persen dari pendapatan lebih dari Rp 20 juta.

Survei ini juga menunjukkan, rumah tangga dengan pendapatan menurun saat pandemi memiliki ekspektasi paling rendah untuk dapat bekerja normal dalam enam bulan ke depan.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pendapatan Rumah Tangga Indonesia Turun 65 Persen

Sebelumnya, PricewaterhouseCoopers (PwC) melaporkan hasil survey Global Consumer Insights 2020 dengan tema 'Before and After the Covid-19'. Dalam survei tersebut dipaparkan, pendapatan rumah tangga Indonesia turun 65 persen selama pandemi virus corona.

Retail and Consumer Leader PwC Peter Hohtoulas mengatakan, penurunan pendapatan rumah tangga pada penduduk di Indonesia secara angka lebih besar dibanding rata-rata populasi global.

"Kami mencatat adanya penurunan konsumsi 65 persen di Indonesia, secara global itu 45 persen. Angka yang sangat besar," kata Peter dalan sesi teleconference, pada Kamis 13 Agustus 2020.

Peter menyampaikan, pendapatan rumah tangga anjlok akibat pandemi lantaran banyak konsumer, khususnya di pasar negara berkembang, yang penghasilannya turun, dan belum terbiasa beradaptasi dengan kebiasaan baru seperti work from home (WFH).

Menurut catatannya, aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga waktu kerja yang berkurang berakibat pada pendapatan rumah tangga di Indonesia yang turun 63 persen, dan global merosot 40 persen.

Di sisi lain, kondisi tersebut juga membuat tagihan rumah tangga seperti pembayaran listrik dan utang konsumsi naik. Di Indonesia kenaikannya mencapai 63 persen, sementara secara rata-rata global 41 persen.

"Pemerintah harus bersinergi dengan perusahaan untuk merencanakan kelanjutan bisnis. Sementara dalam sudut pandang pekerja, mereka harus dapat kepastian bahwa bisnis tetap dapat berjalan meski tidak semua berada di kantor," imbuh Peter.