Sukses

Menteri Teten Gagas Sekolah Ekspor Agar Produk UMKM Bisa Mendunia

Konsep Sekolah Ekspor UMKM bukan sekedar pelatihan-pelatihan saja, melainkan bagaimana menghubungkan dengan akses tempat kerja, dengan bea cukai, diaspora, dan lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meresmikan Sekolah Ekspor. Langkah ini untuk meningkatkan produk ekspor UMKM di Indonesia kedepannya.

“Soal sekolah ekspor kebetulan waktu itu kita coba-coba ekspor kerupuk ke China. Tapi dari situ kita punya pengalaman ternyata tidak mudah, kemudian muncul ide buat sekolah ekspor,” kata Teten dalam peresmian E-Brochure di Smesco Indonesia, Jakarta (19/8/2020).

Dirinya menilai konsep yang diusung dalam Sekolah Ekspor ini bukan sekedar pelatihan-pelatihan saja, melainkan bagaimana menghubungkan dengan akses tempat kerja, dengan bea cukai, Diaspora, dan lainnya.

“Inilah target kita memang menaikkan volume ekspor kita yang baru 14 persen menjadi dua kali lipat, cuma gara-gara pandemi kita mengukur lagi target-target kita dengan target yang lebih realistis,” ujarnya.

Pasalnya ia melihat ekspor produk UMKM Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga. Maka hal itu merupakan tantangan Bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian lain, khususnya Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan ekspor produk UMKM.

“Yang mengurus kementerian Koperasi dan UKM itu ada 18 Kementerian dan 43 lembaga, tapi kita akan fokus di sektor-sektor yang permintaaan luar negerinya banyak, kalau sudah masuk (permintaan) kita bisa menawarkan produk yang lain,” ujarnya.

Dirinya optimis, karena produk UMKM itu banyak diantaranya sektor pertanian dan perikanan yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

Jika dilihat dari data FAO konsumsi ikan tumbuh 3,1 persen lebih tinggi daripada protein lainnya yang hanya 2 persen. Maka dari itu, pihaknya akan mengembangkan produk UMKM di sektor perikanan untuk diekspor nantinya.

“Kami harapkan dengan sekolah ekspor akan makin banyak ahli-ahli di dunia usaha untuk membantu dan berkomitmen agar UMKM tumbuh lebih cepat dan mendorong ekspor. Saya diminta oleh presiden mengurus UMKM bukan hanya pembiayaannya saja tapi juga harus urusin market demand-nya,” pungkasnya.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pemerintah Targetkan Seluruh UMKM Tersentuh Teknologi Informasi dalam 2 Tahun

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, untuk mendorong pemerataan penggunaan teknologi dan informasi (ICT) bagi UMKM di daerah, Pemerintah lakukan percepatan ICT di 14 ribu desa dalam waktu 2 tahun ke depan.

“Kemarin kan salah satu di pidato Presiden akan menjadi prioritas ke depan karena dampak covid-19 ini kita diharuskan percepatan logistik salah satunya digital. Karena itu kalau tidak salah sebanyak 14 ribu desa yang belum terkoneksi akan dilakukan percepatan 1 sampai 2 tahun ke depan,” kata kata Erick dalam Fashion Talks Day 8 - Nusantara Fashion Festival 2020, Minggu (16/8/2020).

 

Diketahui pembangunan ICT di tahun 2021 besar anggarannya mencapai Rp 30,5 triliun (termasuk melalui TKDD) difokuskan untuk mengakselerasi transformasi digital. Pembangunan ICT guna mewujudkan pelayanan publik yang efisien dan cepat, seperti di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan.

“Saya dengar ibu Menteri Keuangan sudah mendukung agar kesenjangan daripada teknologi antara desa dan kota tidak boleh ada, sama seperti programnya Pak Presiden Bagaimana target 100 persen listrik sudah ada di desa-desa,” ujarnya.

Erick Thohir berharap dengan koneksi yang lebih baik sekaligus dibantu oleh Menteri Koperasi dan UKM yang berfokus terhadap coaching dan training, sehingga produk UMKM di daerah semakin tumbuh. Namun bukan berarti semua UMKM bisa menjadi inovator dan kreator.

“Tidak ada salahnya bersinergi, jadi ada yang menjadi kreator dan produksi. Saya bukan merendahkan, tapi itu yang saya lihat apa lagi seperti di luar negeri sendiri banyak brand-brand internasional tapi produksinya bersinergi, tidak semuanya dikerjakan sendiri,” ujarnya.

Sehingga dengan adanya kolaborasi maka nilai produk yang dihasilkan bisa lebih meningkat, dan tentunya mampu bersaing dengan produk besar lainnya.

“Iya dengan ada istilah “kolabs” produk, contohnya kolaborasi bagaimana satu desainer bekerjasama dengan desainer lain yang satu ahlinya sepatu dan yang ahlinya fashion, itu merupakan kerja sama. Jadi jangan malu untuk bersinergi selama jualannya laku,” pungkasnya.