Liputan6.com, Jakarta - Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kristianti Puji Rahayu membeberkan tantangan OJK dalam meningkatkan persentase literasi dan inklusi keuangan.
Sebelumnya pada Januari 2020, Presiden Joko Widodo menargetkan persentase literasi dan inklusi keuangan mencapai 90 persen. Dirinya menyatakan, ada 2 tantangan yang harus dihadapi, yaitu tantangan demografi dan tantangan geografis.
Baca Juga
"Banyak tantangan, yang utama adalah demografi mulai dari bahasa, agama, budaya suku, agama, hingga tingkat ekonomi dan pendidikan masing-masing wilayah di Indonesia," ujar Kristianti dalam paparan virtual, Rabu (19/8/2020).
Advertisement
Selain itu, tantangan yang kedua, geografis, juga perlu diperhatikan betul strateginya. Hal ini dikarenakan Indonesia berbentuk kepulauan, ada wilayah yang tidak dapat langsung terjangkau sehingga menghambat proses edukasi.
Lalu, akses internet juga belum merata di seluruh wilayah Indonesia sehingga edukasi tanpa tatap muka menjadi cukup sulit digencarkan. Belum lagi, gap indeks literasi keuangan di wilayah pedesaan dan perkotaan, dimana di wilayah perkotaan indeksnya lebih tinggi (2016-2019).
"Dari total 34 provinsi di Indonesia, 21 provinsi indeks literasinya masih di bawah indeks literasi nasional," ujar Kristianti melalui paparan materinya.
Â
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Edukasi
Adapun dalam hasil survei OJK mengenai literasi dan inklusi keuangan tahun 2019 menyebutkan, tingkat literasi dan inklusi keuangan Indonesia menyentuh angka 38,08 persen atau naik 8,33 persen dari tahun 2016 yang sebesar 29,7 persen.
Meski naik, tentu mencapai angka 90 persen dalam 4 tahun hingga 2024 bukan pekerjaan yang mudah. Oleh karenanya, OJK telah menyiapkan segudang strategi untuk meningkatkan literasi, edukasi dan inklusi keuangan.
Data OJK per 14 Juli 2020 menunjukkan, terdapat 4.727 kegiatan edukasi dari 2.602 PUJK (Pusat Usaha Jasa Keuangan) yang sudah disiapkan PUJK untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
"Edukasi ini paling banyak diserap pelajar atau mahasiswa, kemudian masyarakat umum, lalu UMKM. Inilah sasaran-sasaran edukasi kami dan ini akan selalu berubah tergantung hasil analisis data yang masuk," kata Kristianti.
Advertisement