Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih mengalami pelemahan, meski ada sedikit perbaikan seiring dengan membaiknya mekanisme pasar.
Menurut catatannya, rupiah pada Juli 2020 terdepresiasi 2,92 persen secara rata-rata dibanding Juni 2020. Perry mengatakan, pelemahan itu terjadi karena beberapa faktor, seperti ancaman pandemi Covid-19 gelombang kedua.
Baca Juga
"Itu antara lain disebabkan kekhawatiran terhadap gelombang kedua pandemi Covid-19, prospek pemulihan ekonomi global, dan ketidakpastian pasar keuangan akibat kenaikan tensi geopolitik Amerika Serikat dan China," katanya dalam sesi teleconference, Rabu (19/8/2020).
Advertisement
Kecemasan serupa turut berlanjut pada Agustus ini, yang menyebabkan kurs rupiah masih mengalami pelemahan. "Per 18 Agustus, ada depresiasi 1,04 persen secara rerata dibandingkan Juli 2020," terangnya.
Namun ke depan, Perry optimis nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued.
Kemudian didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan rendah, daya tarik keuangan domestik yang tinggi, hingga premi risiko yang turun.
Perry pun yakin, prospek pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang dapat menguat pada semester kedua tahun ini juga dapat mendongkrak penguatan nilai tukar rupiah.
"Bank Indonesia terus menjaga ketersediaan likuiditas, baik di pasar keuangan maupun valas dan memastikan bekerjanya mekanisme pasar," ujar dia.
Â
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rupiah Menguat Jelang Pengumuman Suku Bunga Acuan BI
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu pekan ini. Penguatan rupiah ini jelang pengumuman hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia.
Mengutip Bloomberg, Rabu (19/8/2020), rupiah dibuka di angka 14.750 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnhya yang ada di angka 14.845 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.750 per dolar AS hingga 14.789 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,55 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.786 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.907 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, dolar AS sedang tidak menarik untuk pasar atau mengalami tekanan belakangan ini karena kondisi pemulihan ekonomi di AS menjadi pertanyaan apalagi kasus COVID-19 masih terus meninggi di negara tersebut.
"Nilai tukar regional terlihat menguat terhadap dolar AS pagi ini. Harusnya rupiah bisa ikut menguat," ujar Ariston dikutip dari Antara, Rabu (19/8/2020).
Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, ekspektasi resesi di dalam negeri dan data impor yang turun melebihi ekspektasi memberi tekanan untuk rupiah.
"Data impor yang masih melambat ini menyiratkan masih lemahnya aktifitas ekonomi dalam negeri seperti manufaktur dan konsumsi. Pemulihan ekonomi Indonesia jadi pertanyaan," kata Ariston.
Hari ini, pasar juga menunggu hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Bila ada stimulus baru untuk membantu memulihkan ekonomi Indonesia dari BI, hal itu dinilai bisa membantu mendorong penguatan untuk rupiah.
"Dua sentimen yang berlawanan di atas akan membayangi pergerakan rupiah hari ini. Rupiah bisa dibuka menguat dan berakhir melemah hari ini," ujarnya.
Ariston memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp14.750 per dolar AS hingga Rp14.950 per dolar AS.
Advertisement