Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara intensif terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan kepada masyarakat Indonesia. Meski pandemi Covid-19 melanda, OJK mengoptimalkan kanal yang tersedia agar proses edukasi dan sosialisasi tersebut berjalan lancar.
Salah satunya dengan memanfaatkan platform virtual. Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kristianti Puji Rahayu menyatakan, edukasi virtual ini dijalankan tetap menuju sasaran yang telah ditentukan.
Baca Juga
"Sebelumnya kami lebih banyak face-to-face, ada komunitas, wayangan, ke mall buka edukasi, buka lapak inklusi, setelah pandemi memang nggak bisa dilakukan. Tentunya ini butuh switching dari 1 metode ke metode lain, kita lebih menggunakan virtual education dengan tetap menyasar sasaran kita dengan berbagai adjustment," ujar Kristianti dalam tayangan virtual, Rabu (19/8/2020).
Advertisement
Kristianti bilang, saat pandemi, frekuensi edukasi keuangan bisa meningkat hingga 3 kali seminggu karena melalui platform virtual, proses sosialisasinya lebih cepat, mudah dan murah.
Tak cuma mengadakan event virtual education, OJK juga menggaet berbagai influencer dan menggaungkan pentingnya literasi dan inklusi keuangan lewat media sosial.
"Seperti Mak Beti (influencer) itu untuk di kalangan pekerja migran," kata Kristianti.
Tak lupa, pendekatan komunal dengan menggandeng influencer lokal berbahasa daerah juga dilakukan karena dinilai lebih menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Meskipun bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan, kenyataannya, masyarakat di daerah cenderung merasa tersentuh dalam percakapan menggunakan bahasa daerahnya.
"Seperti Mbah Minto (YouTuber asal Klaten), Yai Najib (influencer asal Palembang), inilah yang kita lakukan di pandemi, jadi (edukasinya) semakin agresif karena menggunakan kanal virtual," jelas Kristianti.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tantangan OJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kristianti Puji Rahayu membeberkan tantangan OJK dalam meningkatkan persentase literasi dan inklusi keuangan.
Sebelumnya pada Januari 2020, Presiden Joko Widodo menargetkan persentase literasi dan inklusi keuangan mencapai 90 persen. Dirinya menyatakan, ada 2 tantangan yang harus dihadapi, yaitu tantangan demografi dan tantangan geografis.
"Banyak tantangan, yang utama adalah demografi mulai dari bahasa, agama, budaya suku, agama, hingga tingkat ekonomi dan pendidikan masing-masing wilayah di Indonesia," ujar Kristianti dalam paparan virtual, Rabu (19/8/2020).
Selain itu, tantangan yang kedua, geografis, juga perlu diperhatikan betul strateginya. Hal ini dikarenakan Indonesia berbentuk kepulauan, ada wilayah yang tidak dapat langsung terjangkau sehingga menghambat proses edukasi.
Lalu, akses internet juga belum merata di seluruh wilayah Indonesia sehingga edukasi tanpa tatap muka menjadi cukup sulit digencarkan. Belum lagi, gap indeks literasi keuangan di wilayah pedesaan dan perkotaan, dimana di wilayah perkotaan indeksnya lebih tinggi (2016-2019).
"Dari total 34 provinsi di Indonesia, 21 provinsi indeks literasinya masih di bawah indeks literasi nasional," ujar Kristianti melalui paparan materinya.
Advertisement