Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak bergerak variatif pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) karena kekhawatiran atas permintaan bahan bakar AS yang lemah.
Sementara produsen minyak global khawatir gelombang kedua pandemi virus corona yang berkepanjangan menjadi risiko utama untuk pemulihan pasar.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, Kamis (20/8/2020), stok minyak mentah AS turun 1,6 juta barel pekan lalu. Sementara menurut data Administrasi Informasi Energi, permintaan bahan bakar turun 14 persen dari periode tahun lalu selama empat pekan terakhir.
Advertisement
“Penurunan permintaan bensin dari minggu ke minggu menjadi perhatian. Itu masih menunjukkan kelemahan, "kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group di Chicago.
"Satu-satunya hal yang menahan kami adalah permintaan," katanya.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 13 sen menjadi USd 45,33 per barel, tetapi masih tidak jauh dari level tertinggi dalam 5 bulan yang di atas USD 46 per barel yang dicapai pada awal Agustus.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate ditutup naik 4 sen pada USD 42,93 per barel.
Menteri Energi Arab Saudi mengatakan, permintaan minyak global harus pulih ke tingkat pra-pandemi setelah kuartal IV. Dia juga mendesak kepatuhan dengan kesepakatan global untuk memangkas produksi.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia (OPEC+), memulai pertemuan pada Rabu untuk meninjau tingkat kepatuhan dengan kesepakatan itu, yang bertujuan untuk mendukung harga. .
Sumber OPEC+ mengatakan kelompok itu tidak mungkin mengubah kebijakan produksinya pada Rabu, yang saat ini menyerukan pengurangan produksi sebesar 7,7 juta barel per hari (bph) versus rekor tertinggi 9,7 juta barel per hari hingga bulan ini.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Sebelumnya
Kemarin, harga minyak stabil pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena kekhawatiran akan permintaan minyak akibat virus corona mengimbangi kepatuhan yang tinggi akan pengurangan pasokan minyak di negara-negara anggota OPEC+.
Dikutip dari CNBC, Rabu (19/8/2020), harga minyak mentah berjangka Brent naik 4 sen menjadi USD 45,41 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS tidak berubah pada USD 42,89 per barel.
Pandemi virus corona, yang telah berkecamuk selama berbulan-bulan, tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Di Amerika saja, hampir 11,5 juta orang telah tertular penyakit tersebut, dan lebih dari 400.000 jiwa telah meninggal akibat pandemi tersebut, seperti diungkapkan Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia Carissa Etienne pada Selasa.
Menurut dia, Amerika Serikat dan Brasil adalah pendorong terbesar jumlah kasus COVID-19 di Amerika.
"Masih ada kekhawatiran tentang COVID-19 dan masih ada kekhawatiran tentang kurangnya kesepakatan di Kongres untuk stimulus," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group di Chicago.
Kongres AS sejauh ini gagal menyetujui paket bantuan fiskal lain untuk membendung kejatuhan ekonomi dari pandemi corona.
Sementara itu, beberapa negara Eropa telah memperbarui karantina perjalanan, yang berdampak pada permintaan bahan bakar jet dan motor.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, atau yang dikenal dengan OPEC+, mengurangi pemangkasan produksi minyak mereka pada Agustus menjadi 7,7 juta barel per hari (bph) dari 9,7 juta barel per hari sebelumnya. OPEC+ akan mengadakan pertemuan panel menteri pada hari Rabu.
Pelaku pasar menunggu data industri mingguan pada Selasa malam tentang persediaan minyak mentah AS. Analis memperkirakan data menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS dan persediaan produk olahan turun minggu lalu.
Advertisement