Sukses

Sisa 4 Bulan Lagi, Ekonomi Indonesia Tahun Ini Masih Bisa Selamat?

Di sisa waktu 4 bulan ini, pemerintah disarakan untuk fokus dalam memilih sektor yang dipulihkan terlebih dahulu.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa naik hingga 0,25 persen pada akhir 2020. Hal itu bisa terjadi jika pemerintah berhasil menyerap habis seluruh anggaran tahun ini yang totalnya sebesar Rp 2.700 triliun.

Menanggapi ini, Ekonom CORE Indonesia, Hendri Saparini mengatakan tahun 2020 hanya tersisa 4 bulan. Sebaiknya pemerintah tidak terlalu optimis mengembalikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam waktu sekejap.

"Kita cuma punya waktu 4 bulan, sebaiknya kita tidak mengejar pertumbuhannya," kata Hendri dalam diskusi virtual CORE Indonesia bertajuk '75 Tahun Merdeka, Saatnya Reformasi Ekonomi, Jakarta, Jumat (21/8).

Pemerintah saat ini telah membelanjakan uang negara hingga Rp 1.000 triliun. Dalam perhitungan Airlangga, dia menargetkan pemerintah bisa menyerap Rp 700 triliun pada sisa kuartal III tahun ini, dan sisa Rp 1.000 triliun pada kuartal IV.

Strategi penyerapan anggaran ini kata Hendri hanya jalan pintas yang diambil pemerintah dalam melakukan pemulihan ekonomi. Padahal tidak menjadi masalah jika angka pertumbuhan ekonomi tidak kembali melesat berada di angka positif.

"Tidak apa-apa kalau (pertumbuhan ekonomi) tidak tumbuh tinggi. Kalau hanya mengejar tidak tumbuh negatif itu tidak baik," kata dia.

Terpenting dalam hal ini pemerintah bisa memaksimalkan berbagai potensi yang dimiliki Indonesia untuk mendongkrak kembali pertumbuhan ekonomi. Apalagi Indonesia memiliki sumber pertumbuhan ekonomi yakni konsumsi rumah tangga, sumber daya alam dan investasi.

Sehingga, di sisa waktu 4 bulan ini, Hendri menyarankan agar pemerintah fokus dalam memilih sektor yang dipulihkan terlebih dahulu. Sebab dia melihat pemerintah masih tidak fokus dalam upaya memulihkan keadaan.

"Apakah ini upaya yang baik? Ya memang baik tapi harus fokus karena waktunya cuma 4 bulan, dan kuartal tiga tinggal 1 bulan lagi," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Ekonomi RI Bisa Tumbuh 0,25 Persen di Akhir 2020, Ini Syaratnya

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa naik hingga 0,25 persen pada akhir 2020. Dengan syarat, pemerintah berhasil menyerap habis seluruh anggaran tahun ini yang totalnya sebesar Rp 2.700 triliun.

Menurut perhitungannya, pemerintah saat ini telah membelanjakan uang negara hingga Rp 1.000 triliun. Dia pun menargetkan pemerintah bisa menyerap Rp 700 triliun pada sisa kuartal 3 tahun ini, dan sisa Rp 1.000 triliun pada kuartal 4.

"Inilah yang menjadi faktor untuk menaikan ekonomi kita above the water, jadi pertumbuhan di atas 0. Jadi kita seluruhnya terserap Rp 1.700 triliun, kita akan mencapai apa yang diprediksi (pertumbuhan ekonomi) sekitar 0,25 persen di akhir tahun," kata Airlangga dalam sebuah sesi webinar, Kamis (20/8/2020).

Airlangga mengatakan, ia telah melihat sejumlah sinyal positif akan kebangkitan ekonomi Indonesia. Seperti Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang naik ke level 46,9 pada Juli 2020, lalu angka indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah yang relatif mulai stabil.

"Artinya dunia mulai kelihatan (tumbuh). Kita lihat dari harga minyak, IHSG, rupiah, itu terburuknya di Maret sampai dengan April. Sesudahnya ada rebound, dimana IHSG sudah di atas 5.000 dan rupiah relatif lebih stabil," paparnya.

"Year to date, rencana pertumbuhan kita prediksinya sampai di akhir Desember kita mudah-mudahan bisa di atas 0 atau 0,25 persen," dia menambahkan.

Kondisi ini disebutnya berbanding terbalik dengan beberapa negara besar yang ekonominya terpuruk secara year to date selama pandemi Covid-19. Seperti Inggris, yang disebutnya 9,5 persen. Kemudian Malaysia -3,2 persen, Thailand -5,7 persen, Amerika Serikat -5,1 persen, dan Jerman -5,2 persen.

"Sehingga tentu dengan situasi seperti itu kita perlu optimis. Beberapa langkah sudah dilakukan pemerintah, dan itu terbukti langkah seperti PSBB yang diambil pemerintah bisa menjaga ekonomi tidak jatuh terlalu dalam," pungkas Airlangga.

3 dari 3 halaman

Kepala BKF: Ekonomi Indonesia Bisa di Bawah 0 Persen Tahun Ini

Indonesia belum lepas dari bayang-bayang resesi. Tekanan resesi masih akan terus menyelimuti Indonesia melihat realisasi ekonomi di kuartal ke II 2020 minus 5,32 persen.

"Tekanan resesi masih makin ada, jadi peluang tahun ini tumbuh negatif cukup besar," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (19/8/2020).

Dia mengatakan jika berbicara terus menerus mengenai pertumbuhan ekonomi maka kita bisa kehilangan makna. Biasanya ekonomi tumbuh sebesar 5 persen selama bertahun-tahun, namun kali ini dipastikan turun drastis akibat pandemi Covid-19.

"Tahun ini tiba kita mengarah ke 0 persen dan bisa di bawah 0 persen. Ini berarti orang miskin dan pengangguran baru harus kita tekan, kalau bicara angka saja ini akan menghilangkan cerita besar dari kontraksi ekonomi," jelas dia.

Untuk itu, yang perlu dituamakan kata dia adalah kebijakan yang mengarah kepada masyarakat paling rentan. Paling tidak memberikan bantalan dan beberapa bantuan sosial yang menjadi fokus pemerintah.

"Dengan ini kita harap pertumbuhan ekonomi kita tidak negatif terlalu dalam dan yang paling utama memberikan bantalan kepada masyarakat rentan," jelas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.comÂ