Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso menyatakan, krisis yang disebabkan pandemi Covid-19 berbeda dengan krisis yang terjadi sebelumnya. Krisis ini bahkan menjadi yang terberat yang dialami BRI.
Sunarso menyatakan, dampak pandemi menghantam hampir seluruh sektor baik UMKM hingga korporasi. Hal ini juga menyebabkan ekonomi Indonesia terkontraksi di kuartal II tahun ini.
Baca Juga
"Aktivitas ekonominya turun makanya ekonomi terkontraksi. Dan, ya, mungkin ini krisis paling berat bagi BRI karena 80 persen nasabah BRI adalah UMKM. Dan ternyata paling dekat menghantam UMKM," ujar Sunarso dalam webinar Ngopi BUMN, Rabu (26/8/2020).
Advertisement
Berbeda dengan krisis sebelumnya, dampak pandemi langsung terasa khususnya untuk pengusaha ultra mikro. Sunarso bilang, saat krisis dolar beberapa tahun lalu, dampaknya tidak langsung turun ke sektor informal.
Bahkan bisa dikatakan pekerja sektor informal dan pengusaha kecil tidak terkena dampaknya, karena krisis dolar telah mereda sebelum sampai mempengaruhi mereka.
"Tapi kalau ini langsung kena dampaknya, misalnya orang jualan pinggir jalan, lalu ada PSBB, orang-orang, ya, nggak keluar, akhirnya ya dia nggak ada yang beli," kata Sunarso.
Namun, jika selesai, pemulihan krisis ini juga tidak akan memakan waktu lama. Karena jika pandemi selesai, PSBB dibuka, maka orang-orang akan merasa lebih aman bepergian ke luar dan akhirnya aktivitas ekonomi di sektor informal jalan kembali.
Saat ini, Dirut BRI itu melanjutkan, pihaknya tengah gencar menyalurkan upaya pemulihan usaha-usaha kecil dan aktivitas di sektor informal, mulai dari memberikan restrukturisasi kredit, subsidi bunga hingga Bantuan Presiden (Banpres) Produktif.
"Nah, sekarang ini bagaimana upaya pemerintah dan BUMN agar dapat menghidupkan kembali (aktivitas ekonomi)," katanya.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
BRI Telah Salurkan Rp 247 Triliun untuk Program PEN
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso menyampaikan perkembangan penyaluran dana oleh BRI untuk program-program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Data terbaru perseroan menunjukkan, BRI telah menyalurkan dana sebesar Rp 247,5 triliun yang terbagi dalam penyaluran bansos, restrukturisasi kredit hingga subsidi bunga.
"Jadi penyaluran bantuan sosial (bansos), ini kita sebagai penyalur saja, itu mencapai Rp 21,6 triliun kepada 12,9 juta keluarga penerima (per 15 Agustus 2020)," ujar Sunarso dalam webinar Ngopi BUMN, Rabu (26/8/2020).
Selanjutnya, restrukturisasi kredit BRI bagi nasabah terdampak Covid-19 juga telah mencapai Rp 182,8 triliun terhadap 2,9 juta debitur per 10 Agustus 2020.
Kemudian, penyaluran kredit dari penempatan dana pemerintah sebesar Rp 10 triliun berhasil diekspansi sebanyak 3 kali menjadi Rp 39,9 triliun dan disalurkan ke 947 ribu debitur per 26 Agustus 2020.
"Ada komposisinya, nasabah barunya 40 persen, nasabah itu-itu saja (eksisting) 60 persen, tapi nggak ada larangan (disalurkan ke nasabah eksisting), sah-sah saja karena dia juga terdampak supaya bisa hidup kembali dan nggak PHK," ujar Sunarso.
Kemudian, untuk pinjaman UMKM dengan penjaminan, yang tersalur sudah mencapai Rp 1,72 triliun kepada 3.058 debitur per 22 Agustus 2020. Lalu subsidi bunga juga sudah diberikan kepada 7,1 juta debitur dengan nilai Rp 1,2 triliun.
Sunarso juga menyatakan, untuk nasabah baru, terdapat program khusus yang disiapkan pemerintah yaitu Bantuan Presiden (Banpres) produktif untuk UMKM dengan nilai Rp 2,4 juta dan bersifat hibah.
Advertisement