Liputan6.com, Jakarta - Kebutuhan produk pangan organik di Indonesia kian meningkat seiring dengan peningkatan gaya hidup sehat di tengah masyarakat. Peluang tersebut harus dibarengi dengan pemberdayaan para petani agar produk organik lokal bisa memiliki daya saing yang baik dan akhirnya mampu mengisi pasar yang ada.
Keinginan untuk mengangkat produk pangan organik lokal dari para petani di seluruh Indonesia tersebut mendasari kerjasama antara PT Meta Inti Duta yang menggandeng perusahaan bisnis inkubasi PT Jagad Raya Samastha (KAYA Strategic).
Baca Juga
Dengan kerjasama tersebut, PT Meta Inti Duta akan fokus untuk mendampingi proses produksi dan juga menampung produk dari para petani binaannya. Selanjutnya KAYA Strategic bertugas untuk pengembangan branding dan pemasaran produk-produk mereka. Pada tahap pertama, kerjasama tersebut mencakup produk beras organik dari petani di Sangeh, Badung, Bali dan juga produk teh dari petani kebun teh di Maleber, Jawa Barat.
Advertisement
Direktur PT Meta Inti Duta Roni Pramaditia menjelaskan, kerjasama tersebut dilakukan didasari keinginan untuk menyejahterakan petani produk organik di seluruh Indonesia.
Kerjasama untuk jangka waktu lima tahun ini diawali dengan kerjasama pengembangan produk yang dihasilkan oleh bisnis PT Meta Inti Duta dan kerjasama pemasaran dari hasil pengembangan produk tersebut, di mana PT Meta Inti Duta sebagai penyedia produk dan KAYA Strategic sebagai pemasaran.
Khusus untuk komoditas beras, pihaknya sudah mengerjakan sejak tahun 2007 di lebih dari 10 provinsi, mulai dari Aceh Besar sampai Merauke. Selain karena produk teh memiliki nilai historis yang tinggi, kelompok usaha PT Meta Inti Duta juga mengelola lahan perkebunan yang pernah dibangun Belanda.
Roni pun menyatakan, produk-produk yang dipasarkan secara langsung kepada konsumen tentu harus mengikuti standar peraturan berlaku dan karenanya harus dilakukan sertifikasi terhadap produk maupun terhadap proses produksi. Hal tersebut menuntut penyempurnaan infrastruktur dan equipment yang ada sesuai rekomendasi dari regulator.
Pihaknya juga menilai bahwa potensi dari Bali dan Maleber ini tidak hanya pada komoditas beras dan teh. “Harapannya proyek ini bisa berhasil dan tentunya nantinya diperlukan lahan yang lebih luas lagi. Hal ini tidak akan menutup kemungkinan petani atau pekebun di daerah lain untuk menjadi bagian dari proyek ini,” kata Roni.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si. menyambut baik penandatanganan kerjasama tersebut.
“Kerjasama ini diharapkan bisa semakin memajukan pertanian di Bali dan beras bali bisa terkenal, baik lokal maupun internasional,” kata Wisnuardhana.
Salah satu petani binaan, Wayan Sudiana, mengaku berbahagia dan berharap kerjasama tersebut benar-benar bisa mengangkat nasib para petani. Ia sudah sekitar empat tahun menjadi petani padi organik.
Bersama kelompok taninya, ia merasakan manfaat pertanian organik, seperti kesuburan tanah yang tetap terjaga dan keuntungan panenan yang bisa dua kali lipat ketimbang hasil dari cara bertani sebelumnya. “Semoga kerjasama ini semakin dan semakin banyak petani yang dilibatkan, lahannya bisa semakin luas,” kata Wayan Sudiana.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemasaran
Komisaris KAYA Strategic Richard Sam Bera mengungkapkan, selain membantu pada sisi branding dan pemasaran, KAYA Strategic juga mempunyai misi alih pengetahuan pemasaran kepada para petani tersebut.
"Selama kerjasama ini berjalan, kami juga ingin memberikan alih pengetahuan kepada para petani,sehingga mereka di masa depan akan bisa mengerjakan ini semua secara mandiri," ujar Richard.
Sementara Direktur Utama KAYA Strategic Nita Kartikasari menjelaskan, lewat pengembangan merek dan pemasaran yang baik, diharapkan produk pangan organik Indonesia yang terseleksi dengan baik akan bisa memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasar.
“Kami juga ingin muncul brand kebanggaan Indonesia dari hasil bumi dan produksi Indonesia. Sungguh disayangkan jika produk beras atau teh Indonesia dibeli pihak asing, kemudian di-branding dengan merek luar, dikirim kembali ke Indonesia, dan kemudian dibeli konsumen Indonesia dengan harga yang mahal,” kata Nita.
Dengan kerjasama ini, beras organik jenis menthik susu produksi petani Bali ini akan dipasarkan dengan merek “Terrice” dan langsung ditargetkan masuk ke pasaran pangan nasional pada tahun 2020 ini.
Pada tahap awal, PT Meta Inti Duta menargetkan kapasitas produksi petani binaan bisa mencapai 250 ton per tahunnya dan bakal terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Sementara untuk produk teh, merek yang akan diproduksi dan dipasarkan sebanyak 1.883 brand.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi beras per kapita terbesar di dunia. Dari data Kementerian Pertanian, perhitungan rata-rata konsumsi nasional saat ini mencapai 111,58 kilogram per kapita per tahun.
Khusus untuk produk pangan organik, pasar di Indonesia pun diprediksi kian meningkat, bahkan bisa berkembang 15-20 persen per tahunnya. Analisis tim KAYA Strategic, dengan asumsi konsumsi kelompok konsumen potensial sebanyak 5 kg per orang untuk setiap bulannya, potensi pasar beras organik bisa mencapai lebih dari 700 ribu ton per tahun.
Advertisement