Sukses

Harga Emas Melorot 2 Persen karena Tekanan Dolar AS

Harga emas berjangka AS turun 1,4 persen menjadi USD 1.924,60 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun lebih dari 2 persen pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Harga emas terus terombang-ambing selama perdagangan sesi tersebut.

Pendorong pelemahan harga emas adalah penguatan nilai tukar dolar AS dan juga kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah usai pidato Gubernur Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell.

Dalam pidato tersebut, menggeser target inflasi di angka lebih dari 2 persen. Hal ini tentu saja berdampak sangat luas terhadap beberapa kebijakan lainnya.

Mengutip CNBC, Jumat (28/8/2020), harga emas di pasar spot turun 1,5 persen menjadi USD 1.925,19 per ounce. Harga emas sempat naik 1,1 persen selama pidato Powell.

Sedangkan harga emas berjangka AS turun 1,4 persen menjadi USD 1.924,60 per ounce.

Analis komoditas TD Securities Daniel Ghali mengatakan, kebijakan moneter the Fed ini sebenarnya cukup menarik untuk mendorong harga emas. "Tapi pasar sudah mengantisipasi sehingga tidak ada dorongan baru untuk pembelian emas." kata dia.

Untuk diketahui, Bank sentral AS mengumumkan strategi baru untuk mengangkat lapangan kerja dan akan berusaha mencapai inflasi rata-rata 2 persen dari waktu ke waktu. Kebijakan ini memberikan dorongan kepada nilai tukar dolar AS dan membebani harga emas.

"Pidato Powell memicu gelombang di pasar keuangan terutama emas, yang reli hampir USD 50 tetapi berbalik karena pasar menyadari dia tidak memberikan kejutan yang belum diperdebatkan sebelumnya," kata analis logam mulia BMO, Tai Wong.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Harga emas melonjak lebih dari 1 persen pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) karena nilai tukar dolar tergelincir menjelang pidato dari Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. Selain itu, kenaikan harga emas juga didorong oleh aksi investor bertaruh pada stimulus lebih lanjut untuk mengurangi dampak pandemi virus corona.

Dikutip dari CNBC, Kamis (27/8/2020), harga emas di pasar spot naik 1 persen menjadi USD 1.948.07 per ounce, setelah turun ke level terendah dalam dua minggu di awal sesi. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 1,5 persen pada USD 1.952,50.

 

“Dolar menunjukkan sedikit kelemahan. Mereka (investor) memperdagangkan harapan dan ekspektasi bahwa ada stimulus lebih lanjut yang akan datang," kata Jeffrey Christian, Managing Partner CPM Group.

Dolar melemah 0,1 persen terhadap mata uang utama lain, membuat harga emas lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain.

Powell akan berbicara di simposium Jackson Hole virtual pada hari Kamis, di mana ia diharapkan untuk menawarkan lebih banyak wawasan tentang strategi bank sentral AS terkait inflasi dan kebijakan moneter.

Risalah Fed minggu lalu memberikan sedikit petunjuk tentang apakah peralihan ke kebijakan yang lebih mudah dimungkinkan dalam beberapa bulan mendatang.

Bank sentral global dan pemerintah telah mengeluarkan stimulus besar-besaran untuk menopang perekonomian mereka dari dampak pandemi. Ini telah mendorong harga emas naik sekitar 28 persen sepanjang tahun ini karena dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

"Investor menunggu sesuatu yang akan datang dari Departemen Keuangan AS, dan Kongres (AS) mencapai kesepakatan (tentang RUU stimulus)," kata Bob Haberkorn, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures.

Dia menambahkan bahwa sikap dovish lebih lanjut dari Fed juga akan bullish untuk harga emas.

Investor sedang mengawasi perkembangan dalam negosiasi bantuan virus corona AS. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin akan bersaksi di depan panel DPR minggu depan.

Sementara untuk logam lain, harga perak naik 3,5 persen menjadi USD 27,34 per ounce, platinum naik 0,3 persen menjadi USD 929,91 dan paladium naik 0,9 persen menjadi USD 2.183.43.