Sukses

Rupiah Menguat Ditopang Turunnya Permintaan Valas

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan awal pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan awal pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (31/8/2020), rupiah dibuka di angka 14.505 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.632 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah melemah ke 14.554 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.505 per dolar AS hingga 14.556 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 4,67 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.554 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.702 per dolar AS.

Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Senin, mengatakan, mata uang Garuda sejak pekan lalu memang menunjukkan tren penguatan.

"Rupiah terpengaruh oleh pelemahan dolar AS terhadap beberapa mata uang lainnya," ujar Rully.

Dari global, lanjut Rully, salah satu faktornya yaitu sinyal bahwa bank sentral AS, Federal Reserve, yang akan tetap menerapkan kebijakan moneter yang akomodatif.

"Sementara dari dalam negeri didorong oleh permintaan valas yang cenderung semakin menurun," katanya.

Rully memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.600 per dolar AS hingga Rp14.690 per dolar AS.

Pada Jumat (28/8/2020) lalu, rupiah ditutup menguat 28 poin atau 0,19 persen menjadi Rp14.632 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.660 per dolar AS.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Perdagangan Pekan Lalu

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat ini. Rupiah melemah karena pengaruh dari pidato Gubernur Bank Sentral AS. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (28/8/2020), rupiah dibuka di angka 14.655 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.660 per dolar AS. Namun kemudian rupiah langsung melemah ke 14.697 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.655 per dolar AS hingga 14.710 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatik di angka 14.702 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.714 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat ini tertekan seiring sinyal dovish atau pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS The Fed.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan, semalam pidato Gubernur The Fed Jerome Powell di pertemuan para pejabat bank sentral dunia Jackson Hole secara virtual memberikan gambaran yang dovish atau pesimis mengenai kondisi ekonomi AS dan ingin mendorong inflasi AS melebihi target inflasi saat ini di atas 2 persen.

"Ini memberi indikasi bahwa The Fed akan mengeluarkan kebijakan pelonggaran moneter yang mungkin lebih agresif untuk membantu memulihkan ekonomi AS. Sikap ini mendukung pelemahan nilai tukar dolar AS," ujar Ariston.

Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, pernyataannya ditangkap oleh pelaku pasar bahwa inflasi di AS ke depan akan lebih tinggi dari saat ini.

"Inflasi yang naik biasanya mendorong penguatan nilai tukarnya sehingga semalam dolar AS menguat terhadap nilai tukar lainnya," katanya.

Ia menuturkan, secara keseluruhan sikap The Fed tersebut akan memberikan sentimen positif ke depan untuk aset berisiko karena memberikan stimulus ke pasar untuk mendorong kenaikan inflasi dan membantu pemulihan ekonomi di AS.

"Tapi reaksi pasar semalam dengan penguatan dolar AS mungkin akan terbawa ke pasar Asia pagi ini yang bisa memberikan tekanan ke nilai tukar emerging market," ujar Ariston.

Menurut Ariston, rupiah mungkin bisa tertekan di awal perdagangan terhadap dolar AS dan bisa saja menguat di akhir perdagangan dengan sentimen di atas.

Ariston memperkirakan rupiah berpotensi melemah di kisaran 14.550 per dolar AS hingga 14.750 per dolar AS.