Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) diminta untuk melakukan kajian terhadap potensi Cassava atau ketela menghasilkan energi terbarukan. Permintaan tersebut bersumber dari Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti Widya Putri.
Menurut Dyah, Langkah tersebut perlu diambil mengingat semakin banyak perusahaan minyak dan gas di dunia mulai mengkaji energi yang ramah lingkungan.
"Apakah Pertamina ke depan, karena kita melihat perkembangan dari pada oil and gas seluruh company di dunia itu lama kelamaan karena ada krisis lingkungan kita mengenal oil and gas company menjadi energy company jadi tidak lagi berbasis oil and gas," ujar Roro dalam raker di DPR, Jakarta, Senin (31/8/2020).
Advertisement
"Nah, apakah Pertamina ke depan akan mengembangkan renewble energy atau energi terbarukan yang sifatnya ramah lingkungan?" sambungnya.
Roro mengatakan, beberapa pondok pesantren serta koperasi di Jawa Timur telah melakukan kajian terhadap ketela pohon yang diklaim bisa menghasilkan energi. Perusahaan pelat merah tersebut pun diminta agar melakukan kerja sama dalam mengembangkan kajian tersebut.
"Ada sebuah konsep yang ditawarkan yaitu adalah energi berbasis atau sumbernya dari cassava atau ketela. Ini didayagunakan melalui ekonomi kreatif atau kerakyatan dan potensi lahan maupun penananamnya didukung lahan lahan rakyat hingga pesantren sehingga bisa dikoordinasikan," paparnya.
Dia menambahkan, bioethernal dari ketela tersebut bisa diaplikasikan disemua mesin kendaraan seperti motor dan mobil. Kemudian, dari segi perawatannya juga semakin minimal karena sifatnya lebih aman karena tidak mengganggu filter bensin.
"Menurut saya ini patut dieksplorasi apakah Pertamina juga bisa mengembangkannya apakah ada potensi menjurus kesana. Melihat perkembangan di Jawa Timur itu sudah berjalan dalam mengembangkan bioethernal," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pertamina Akui Sulit Kembangkan Energi Terbarukan
Sebelumnya, Senior Vice President Research and Technology Center (RTC) PT Pertamina (Persero), Dadi Sugiana mengakui cukup sulit untuk mengembangkan energi terbarukan atau renewable energy di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah harga yang dinilai terlalu tinggi untuk bisa masuk ke arah sana.
"Renewable energy itu mahal," kata dia saat ditemui di Jakarta, Rabu (27/11).
Kendati begitu, dirinya meyakini ke depan energi terbarukan bisa dapat lebih murah sehingga bisa dikembangkan di Indonesia.
Â
"Sebenarnya seiring berjalannya waktu degan produk semakin massal produk bisa makin murah, tapi memang diawal butuh kerelaan dari pemerintah dan konsumen," jelas dia.
Sebelumnya, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimi, mengungkapkan sejumlah hal yang mesti dilakukan agar Indonesia dapat mencapai target bauran energi 23 persen di 2025.
Menurut dia saat ini yang menjadi tantangan bagi pengembangan energi terbarukan yakni harga yang masih mahal.
"Jadi permasalahan kita adalah harga. Kalau harga sudah murah, tidak perlu ada lagi tidak perlu lagi harga khusus, tidak perlu lagi subsidi, insentif, dan sebagainya kita akan beli sendiri. Seperti lampu LED sekarang ini. Kemarin saya lihat yang 3 Watt hanya Rp 6.000 sekarang, dulu ratusan ribu rupiah," kata dia dalam pembukaan pameran 'The 7th Edition of INAGREENTECH 2019', JI-Expo Kemayoran, Jakarta.
Advertisement