Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menganggarkan belanja kesehatan Rp 169,7 triliun pada APBN 2021. Jumlah ini setara 6,2 persen dari belanja negara.
“Reformasi sistem kesehatan akan dilakukan dengan tujuan memperkuat kapasitas sistem kesehatan baik dari aspek ketahanan kesehatan, pemerataan pelayanan kesehatan, serta penguatan aspek promotif preventif kepada masyarakat,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sidang paripurna, Selasa (1/9/2020).
Baca Juga
Adapun tujuan akhir yang ingin dicapai adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat termasuk kesiapan sistem dalam menghadapi kondisi terburuk seperti pandemi Covid-19 ini di masa mendatang.
Advertisement
“Pemerintah sepakat bahwa keberadaan vaksin akan berdampak kepada keberhasilan penanganan Covid-19. Untuk itu, dalam RAPBN tahun 2021 Pemerintah telah mengantisipasi alokasi untuk kebutuhan pengadaan vaksin dan imunisasi, alokasi untuk sarana dan prasarana, serta laboratorium dan litbang untuk penguatan riset vaksin,” jelas Menkeu.
Upaya pengadaan vaksin direncanakan menggunakan produksi dalam negeri melalui kerja sama, termasuk transfer pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, pengembangan vaksin memperhatikan aspek cepat, efektif, dan mandiri.
Hingga saat ini, proses pengadaan vaksin memasuki tahap uji klinis, sebelum dapat diproduksi, didistribusi, dan digunakan secara massal. Proses pengadaan vaksin sampai dengan proses vaksinasi kepada masyarakat, termasuk distribusi vaksin dan penyiapan personel medis, akan melibatkan koordinasi dan sinergi yang intensif antara K/L, BUMN, Pemda, dan swasta.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lembaga Eijkman Segera Uji Coba Vaksin Merah Putih ke Hewan
Sebelumnya, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio menyampaikan, proses pengujian vaksin Merah Putih yang sedang diproduksi sebagai vaksin buatan dalam negeri akan siap diuji kepada hewan dalam dua sampai tiga bulan ke depan.
"Saat ini kami sedang menunggu ekspresi dari protein tersebut dalam bentuk antigen protein rekombinan itu. Dan nanti insya Allah dalam dua atau tiga bulan ke depan kami akan uji pada hewan," kata Amin dalam rapat bersama Komisi IX DPR, Senin (31/8/2020).
Amin menjelaskan, target dua atau tiga bulan dalam melakukan pengujian terhadap hewan telah sesuai dengan target untuk vaksin yang sedang diteliti Eijkman selesai pada tahun 2021 sebagai uji klinis fase satu, dua, dan tiga.
"Sesuai dengan jadwal yang disepakati sebelumnya diharapkan pada bulan Februari atau Maret tahun 2021 kami sudah bisa memberikan sheet vaksinnya kepada Biofarma untuk kemudian proses uji klinis satu, dua, dan tiga. Walaupun demikian, kami berupaya untuk menghemat waktu untuk beberapa proses nanti secara paralel," jelasnya.
Sementara itu pada slide presentasi perkembangan vaksin Merah Putih yang disampaikan, diharapkan awal tahun 2022 vaksin Merah Putih dapat diproduksi secara masal untuk masyarakat.
Lebih Jauh, Amin menjelaskan, dalam proses pembuatan vaksin Merah Putih sejauh ini tidak ada kendala yang serius, semuanya masih sesuai dengan jadwal. Namun ada sedikit kendala terkait keterlambatan reagen dan pengadaan peralatan.
"Sebetulnya secara teknis hampir tidak ada kendala namun bila dikaitkan dengan proses pengadaan beberapa reagen dan juga beberapa pengadaan peralatan biasanya dalam dua minggu sudah diperoleh, tetapi baru enam sampai delapan minggu baru datang," ungkapnya.
Advertisement