Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik ke level tertinggi dalam hampir seminggu pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta), karena dolar melemah dan kekhawatiran atas penundaan pengembangan vaksin virus corona mendorong investor untuk berinvestasi di logam safe-haven ini.
Dikutip dari CNBC, Kamis (10/9/2020), harga emas di pasar spot naik 0,7 persen menjadi USD 1.945,20 per ounce, penghapus penurunan harga di sesi awal perdagangan. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 0,6 persen menjadi USD 1.954,90.
"Kami melihat beberapa retakan pada dolar setelah Bank Sentral Eropa melukiskan sedikit gambaran yang cerah dan harga emas bergerak lebih tinggi," kata Bob Haberkorn, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures.
Advertisement
Nilia tukar dolar AS turun 0,2 persen setelah Bloomberg melaporkan pertumbuhan ECB dan proyeksi inflasi yang akan dipublikasikan pada hari Kamis hanya akan menunjukkan sedikit perubahan dibandingkan dengan perkiraan bank pada bulan Juni.
Anggota dewan ECB Isabel Schnabel mengatakan sebelumnya bahwa perkembangan ekonomi sejak Juni secara luas sejalan dengan ekspektasi bank sehingga baseline bank masih dipertahankan.
Sementara itu, uji coba global vaksin COVID-19 eksperimental AstraZeneca dijeda karena penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada peserta penelitian.
Berita penundaan ini mungkin secara tidak langsung mendukung lonjakan harga emas, karena bisa menyebabkan perlambatan ekonomi yang berkepanjangan dan ekspektasi lebih lanjut dari stimulus fiskal, seperti dikatakan Analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Pandemi telah memaksa bank sentral utama untuk memberikan stimulus besar-besaran, membantu kenaikan harga emas sekitar 28 persen sepanjang tahun ini karena dianggap sebagai instrumen lindung nilai terhadap potensi penurunan nilai mata uang dan inflasi.
“Tapi reli harga emas ini tampaknya rapuh,” kata Haberkorn. "Dari sudut pandang teknis, kami membutuhkan harga emas untuk ditutup di atas USD 1.950 agar bull mengambil kendali."
Di tempat lain, harga platinum naik 1,5 persen menjadi USD 914,58 per ounce. Pada Selasa, Dewan Investasi Platinum Dunia mengubah perkiraannya untuk pasar pada 2020 dari surplus menjadi defisit.
Harga perak naik 0,4 persen menjadi USD 26,81. Sementara harga paladium datar di USD 2,275.47.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Emas Antam Naik Rp 2.000 per Gram
Pada perdagangan kemarin, Harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau emas Antam naik Rp 2.000 menjadi Rp 1.017.000 per gram pada perdagangan Rabu (9/9/2020). Pada perdagangan kemarin, harga emas Antam berada di posisi Rp 1.015.000 per gram.
Sedangkan harga buyback emas Antam juga naik Rp 2.000 menjadi Rp 916.000 per gram pada Selasa ini. Harga buyback merupakan patokan bila Anda menjual maka Antam akan membelinya di harga Rp 916 ribu per gram.
Sementara harga emas Antam bercorak batik dengan ukuran 10 gram ditetapkan Rp 10.320.000, sementara untuk ukuran 20 gram dijual Rp 20.090.000.
Ini merupakan harga emas Antam yang dijual di Pulogadung, Jakarta. Saat ini, Antam menjual emas dengan ukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram. Hingga pukul 08.28 WIB, mayoritas ukuran emas Antam masih tersedia.
Harga emas Antam belum termasuk PPh 22 sebesar 0,9 persen. Anda bisa memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen) jika menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Berikut daftar harga emas Antam:
* Pecahan 0,5 gram Rp 538.500
* Pecahan 1 gram Rp 1.017.000
* Pecahan 2 gram Rp 1.974.000
* Pecahan 3 gram Rp 2.936.000
* Pecahan 5 gram Rp 4.865.000
* Pecahan 10 gram Rp 9.665.000
* Pecahan 25 gram Rp 24.037.000
* Pecahan 50 gram Rp 47.995.000
* Pecahan 100 gram Rp 95.912.000
* Pecahan 250 gram Rp 239.515.000
* Pecahan 500 gram Rp 478.820.000
* Pecahan 1.000 gram Rp 957.600.000.
Advertisement
Harga Emas Diprediksi Jatuh ke Rp 850 Ribu per Gram Jika Ekonomi Membaik
Sejak awal September harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengalami tren penuruanan harga jual. Pekan lalu harga emas berada di posisi Rp 1.024.00 gram. Namun dalam sepekan turun menjadi Rp 1.017.000 per gram.
Analis Ibrahim Assuaibi, menilai tren penuruanan harga emas ini menunjukkan sentimen positif. Sebab para pelaku pasar mulai kembali menanamkan modalnya ke pasar saham dan obligasi. Sehingga perekonomian menuju kembali seperti keadaan sebelum pandemi.
"Ini berarti para pelaku pasar tertuju ke saham dan obligasi," kata Ibrahim saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Rabu (9/9).
Kondisi ini dipicu oleh beberapa negara yang telah mengumumkan menemukan vaksin dan siap diedarkan dalam waktu dekat. Sehingga para investor mulai menjual emasnya dan beralih ke pasar saham dan obligasi.
"Kalau vaksin ditemukan, orang akan beralih lagi, makanya wajar harga emas bisa ke level-level terendahnya," kata dia.
Selain itu, menurut data ekonomi di Amerika Serikat, Eropa dan China menunjukkan angka perbaikan. Sebab para pelaku pasar kembali ke pasar saham dan obligasi.
Di sisi lain, Ibrahim menyebut harga emas bisa terjun hingga Rp 850 ribu per gram jika harga emas internasional mengalami penurunan. Sebab belakangan kenaikan harga emas ini dipicu oleh konflik di Amerika Serikat yang menyebabkan harga emas internasional naik.
Masalah ini dipicu penanganan tunjangan pengangguran bagi warga Amerika Serikat yang tak kunjung selesai. Adanya perbedaan pandangan jumlah tunjangan dari Partai Demokrat dan Partai Republik mengakibatkan ketidakpastian bagi para pelaku pasar.
"Akhinya belum ada kesepakatan dan membuat harga emas turun-naik," kata dia.
Harga emas internasional juga diperkirakan akan terus turun sampai di level USD 1.700 per ons. Dampaknya, harga emas di Indonesia akan kembali ke harga Rp 850 ribu.
"Ada kemungkinan besar emas internasional yang sekarang bisa turun ke level USD 1.700 dan nanti di Indonesia menjadi Rp 850 ribuan, ini sangat kuat sekali," kata dia.
Semua ini kata dia masih menunggu hasil pertemuan dari para senat di Amerika Serikat yang membahas tunjangan. Seba hal ini sangat memengaruhi para pelaku pasar di Amerika Serikat.
"Kita tahun pengangguran di Amerika Serikat belum ada kepastian dan pasar merasa kecewa akan hal ini," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com