Liputan6.com, Jakarta Saham milik AstraZeneca jatuh usai perusahaan farmasi tersebut menghentikan sementara uji coba tahap akhir kandidat vaksin Covid-19 (Corona) menyusul ditemukannya relawan yang jatuh sakit.
"Sebagai bagian dari uji coba global yang berlangsung secara acak dan terkontrol dari vaksin virus Corona Oxford, kami meninjau kembali secara sukarela standar uji coba vaksin untuk memungkinkan peninjauan data keamanan oleh komite independen," berikut penjelasan AstraZeneca, yang dikirim dalam email, seperti melansir laman Marketwatch, Kamis (10/9/2020).
Penghentian sementara uji coba vaksin membuat saham AstraZeneca sontak turun. Tercatat, Saham AstraZeneca (AZN) turun 6 persen usai jam kerja pada perdagangan di New York. Usai STAT pertama kali melaporkan bahwa uji coba harus dihentikan. Adapun pada awal perdagangan di Eropa, sahamnya turun 1 persen.
Advertisement
Pihak AstraZeneca memastikan pihaknya bekerja dengan cepat dalam peninjauan kembali peristiwa tunggal yang berpotensi berdampak pada timeline uji coba vaksin Covid-19.
“Kami berkomitmen terhadap keselamatan peserta kami dan standar perilaku tertinggi dalam uji coba kami,” menurut pernyataan perusahaan.
Sebuah laporan di New York Times menyatakan, sukarelawan dalam uji coba vaksin ini yang berada di Inggris menerima diagnosis myelitis transversal, sindrom inflamasi yang mempengaruhi sumsum tulang belakang.
“Namun, waktu diagnosis ini muncul apakah itu terkait langsung dengan vaksin AstraZeneca, masih belum diketahui,” menurut laporan NY Times.
“Kami memiliki informasi terbatas tentang SAE selain karena itu terjadi di Inggris. Pasien diharapkan pulih yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit, ”tulis para analis dalam catatan penelitian, Rabu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Negara Lain Ikut Dihentikan
Penghentian uji coba AstraZeneca mencakup studi di Amerika Serikat (AS) dan negara lain. Hal ini juga dapat menggagalkan rencana Presiden Donald Trump, yang berharap untuk mempercepat persetujuan vaksin bagi warganya sebelum pemilihan November.
Berita penghentian muncul hanya dalam dua hari setelah sekretaris kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan vaksin, yang sedang dikembangkan bekerja sama dengan Universitas Oxford, "kemungkinan besar" akan tersedia dalam beberapa bulan pertama tahun 2021.
Michael Hewson, Kepala Analis Pasar di CMC Markets Inggris, mengatakan hanya masalah waktu sebelum ditemukan kemunduran, mengingat berbagai upaya rumit untuk mendapatkan vaksin yang masih sangat baru.
Vaksin AstraZeneca, yang disebut AZD1222, menggunakan materi genetik dari virus corona dengan adenovirus yang dimodifikasi. Penelitian menggunakan teknologi yang digunakan untuk membuat vaksin Ebola eksperimental, yang diberikan kepada orang-orang di Republik Demokratik Kongo pada akhir 2019.
Pada Juli, perusahaan menerbitkan data yang menunjukkan vaksinnya menghasilkan respons imun yang menjanjikan dalam uji coba tahap awal.
Advertisement