Liputan6.com, Jakarta - Harga emas tergelincir pada hari Jumat karena kurangnya stimulus lebih lanjut dari Bank Sentral Eropa dan pemerintah AS. Meski begitu untuk minggu ini logam safe-haven ditetapkan untuk berakhir lebih tinggi di tengah kekhawatiran atas pemulihan ekonomi.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (12/9/2020), harga emas di pasar spot turun 0,7 persen menjadi USD 1.941,07 per ounce. Dengan begitu, harga emas naik 0,4 persen sepanjang minggu ini. Emas berjangka AS turun 0,8 persen menjadi USD 1.947,90.
"Ada sedikit kekecewaan dengan ECB, karena ekspektasi bahwa kami akan melihat lebih banyak stimulus," kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA.
Advertisement
Presiden ECB Christine Lagarde pada hari Kamis menahan diri dari memberi isyarat bahwa bank akan memperluas stimulus, sementara, Senat AS memblokir RUU Partai Republik untuk bantuan virus corona baru.
“Kami sedang beralih ke new normal pasca-COVID. Itu berarti kami tidak akan mengeluarkan stimulus yang sama, yang memberi sinyal ke pasar bahwa segala sesuatunya akan sedikit berbeda ke depannya," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Harga emas telah naik 28 persen tahun ini, didukung oleh stimulus besar-besaran oleh bank sentral global, dengan logam dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Pavilonis mengatakan emas bisa menyentuh USD 2.300 per ons pada akhir tahun karena ketidakpastian seputar pasar ekuitas, ekonomi, dan pemilihan AS November.
Investor sekarang menunggu pertemuan kebijakan Federal Reserve AS minggu depan, pada 15-16 September.
"Pemulihan pasar tenaga kerja telah sepenuhnya terhenti, Kongres telah memberikan nol dolar tambahan sejak pertemuan Fed terakhir, dan akan ada lebih banyak tekanan bagi The Fed untuk mempertahankan sikap akomodatif," kata Moya.
Â