Sukses

Tak Ingin Bangkrut, Pos Indonesia harus Bertransformasi

PT Pos Indonesia (Persero) terus menerapkan teknologi dalam bisnisnya

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang SDM, Teknologi dan Informasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMn) Alex Denni menyebut, era disrupsi membuat persaingan antar perusahaan untuk dapat eksis semakin ketat.

Sadar atau tidak, sejumlah perusahaan pelat merah, termasuk PT Pos Indonesia telah dikepung oleh kompetitor yang semakin tidak kelihatan, yaitu kecanggihan teknologi yang dinilai kerap membantu masyarakat beraktivitas, apalagi di tengah pandemi.

Menjamurnya mediator komunikasi seperti, Facebook, Twitter, Email, dan media sosial lainnya untuk mengirimkan pesan membuat jasa kirim surat dikesampingkan.

"Dahulu layanan pos dikirim secara manual, kita harus menunggu cukup lama, sekarang (pesan) lewat dengan cepat, bahkan ratusan tiap hari pesan yang masuk melalui mediator komunikasi. Jadi sadar tidak sadar kita sudah dikepung oleh kompetitor yang semakin tidak kelihatan," ujar Alex dalam tayangan virtual, Senin (14/9/2020).

Oleh karenanya, transformasi teknologi perlu dilakukan. Langkah ini dinilai bisa membantu perseroan untuk memenangkan persaingan bisnis dengan kompetitor lainnya.

Selain itu, solidaritas atau kekompakan seluruh unsur perusahaan pelat merah baik di tingkat manajemen hingga karyawan juga menjadi kunci kemenangan persaingan yang tak kalah penting.

Kata Alex, kemenangan tak akan diraih bila struktur perusahaan masih amburadul dan tidak kompak. Dengan struktur yang baik dan pekerja yang saling mendukung, perusahaan dapat mengambil sejumlah keputusan yang didasari atas sikap bijak dan penuh kehati-hatian.

"Tidak mungkin ada kesebelasan menang kalau antara pelatih, pemain dan tim teknisnya di lapangan tidak kompak. Mustahil bisa memenangkan kompetisi yang semakin ketat," kata dia. 

2 dari 2 halaman

Lewat Aplikasi Digital, PT Pos Indonesia Sasar Pasar Milenial

Pergi ke kantor Pos sudah jarang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat saat ini, utamanya milenial. Pada masanya, kantor pos pernah sangat ramai untuk berbagai keperluan. Mulai dari pengiriman surat, pengiriman uang lewat wesel atau giro, atau sekedar membeli perangko untuk dikoleksi.

Seiring berjalannya waktu dan berkembanganya teknologi, hampir semua kegiatan transaksi, baik surat menyurat maupun kirim uang saat ini berbasis digital. Ini membuat kantor pos kehilangan cukup banyak pengunjung atau konsumen.

Untuk itu, dalam menyikapi segala perubahan tersebut, PT Pos kini hadir dengan dengan memanfaatkan platform digital. Dimana jasa yang mulanya ditawarkan secara konvensional oleh PT Pos Indonesia, kini dapat dinikmati secara online. Berkaitan dengan digitalisasi ini, erat kaitannya dengan generasi milenial. Sehingga PT Pos Indonesia terus berupaya menggaet pasar milenial agar inovasi ini dapat terus berlangsung dan berkembang.

“Memang betul kami itu harus memperkuat lagi bagaimana kami bisa hadir di screen-nya para milenial,” kata Direktur Komersial PT POS Indonesia, Charles Sitorus dalam Forum Virtual Series "274 Tahun Pos Indonesia HOW DIGITAL ARE YOU”, Rabu (9/9/2020).

“Jadi berbagai pemikiran susulan jika kita termasuk juga menggunakan endorser, juga membangun komunitas-komunitas. Juga tentunya penguatan branding baik melalui advertisement di media sosial dan semuanya itu kita gunakan,” sambung dia.

Charles menambahkan, PT Pos Indonesia akan terus berupaya memaksimalkan layanan yang mampu mengikuti perkembangan zaman. Di sisi branding juga demikian, sehingga PT Pos yang kini dapat melekat di benak konsumen utamanya milenial.

“Jadi memang betul, kita akan coba semaksimal mungkin menggunakan semua sumber daya, baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan PT Pos Indonesia untuk mendorong kehadiran PT Pos Indonesia di screen milenial,” tutur dia.