Sukses

Hingga Juli 2020, Ekspor Pertanian Naik 9,5 Persen Jadi Rp 225 Triliun

Mentan memberikan tugas strategis task force peningkatan investasi dan ekspor produk pertanian, yakni gratieks produk pertanian.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) melaporkan, kinerja ekspor produk pertanian hingga Juli 2020 tetap mengalami peningkatan di tengah pandemi Covid-19, yakni sekitar 9,5 persen menjadi Rp 225,5 triliun.

Tercatat nilai ekspor pertanian khusus pada Juli 2020 saja mengalami lonjakan hingga 23,3 persen, atau naik dari 29,05 triliun di Juni 2020 menjadi Rp 35,82 triliun.

"Secara kumulatif, nilai ekspor pertanian Januari-Juli 2020 mencapai Rp 225,51 triliun atau meninkat 9,52 persen disbanding periode yang sama tahun 2019, Rp 205,93 trilun," tuturnya dalam keterangan tertulis, Selasa (15/9/2020).

Sekretaris Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian Wisnu Haryana menjelaskan, Mentan SYL memberikan tugas strategis dalam gugus tugas atau task force peningkatan investasi dan ekspor produk pertanian. Yakni bertindak selaku koordinator Gerakan Tigakali Lipat Ekspor atau Gratieks produk pertanian.

Untuk itu, selain mengkoordinir direktorat teknis dengan memberikan akses data lalu lintas komoditas pertanian, SYL juga disebutnya melakukan langkah operasional perkarantinaan guna mencapai target yang telah ditetapkan.

Antara lain, melakukan terobosan percepatan layanan ekspor karantina (inline inspection), pendampingan pelaku usaha dalam memenuhi persyaratan teknis (SPS Measure), peningkatan sinergisitas dengan para pemangku kepentingan (aplikasi IMACE).

Selanjutnya, perluasan akses negara mitra (e-Cert), hingga terakhir melakukan edukasi dan membuka informasi seluas-luasnya kepada publik melalui klinik ekpor.

"Hasilnya sudah dapat kita rasakan, antara lain munculnya produk unggulan ekspor baru atau emerging seperti porang, cabai jamu dan lainnya juga penambahan jumlah pelaku usaha baru atau eksportir. Ini akan terus kita pacu," ujar Wisnu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Jawa Barat Ekspor Ubi Jalar ke Hong Kong

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) terus memacu aktivitas ekspor pertanian di berbagai daerah sehingga sektor pertanian semakin tangguh dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional meski di masa Pandemi Covid 19. Ekspor komoditas pertanian yang terus berjalan salah satunya ubi jalar dari Jawa Barat (Jabar) ke Hong Kong.

Pelepasan ekspor sebanyak 30 ton ubi jalar ini dilakukan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementan, Amirudin Pohan, Bupati Bandung Dadang Supriatna dan juga turut hadir serta jajaran Forkopimda Provinsi Jabar dan Kabupaten Bandung.

 

Ridwan Kamil menyatakan, ekspor ubi jalar ini sebagai bukti ketahanan pangan tidak terkendala pandemi Covid-19. Bahkan Indonesia bisa melakukan ekspor karena produksi dalam negeri yang sangat membaik. Guna terus menggairahkan ekspor, perlu kerjasama petani dengan kelompok pembeli.

"Kami sedang menyiapkannya dan kami akan kembangkan resi gudang 4.0, kembangkan toko online supaya pertanian menjadi modern dengan serba digital," jelas Ridwal Kamil dalam keterangan tertulis, Rabu (9/9/2020).

Pria yang akrab dipanggil Kang Emil ini mewanti-wanti para petani kalau berniat ekspor jangan main-main. Ia menegaskan harus memastikan serapi mungkin produk pangan yang diekspor, harus bisa dipisahkan produk yang bagus dan jangan sampai tiba di negara tujuan ada masalah.

"Saya merasa bangga Kabupaten Bandung bisa surplus dan bahkan bisa ekspor. Ke depannya saya minta Dinas Pertanian bisa mencari pasar ngara lain yang bisa sebagai tujuan ekspor," ujarnya.

"Titip Kabupaten Bandung fokus pada pertanian dan pariwisata. Covid mengajarkan kita yang bertahan adalah pertanian. Terakhir saya mendorong pemuda mulai terjun di pertanian jadi petani milenial, tinggal di desa, rejeki kota dan bisnis mendunia," sambung Ridwan Kamil.

3 dari 3 halaman

Ubi Cilembu

Bupati Bandung Dadang Supriatna mengungkapkan petani Kabupaten Bandung sangat akrab bertani ubi yang sering disebut ubi Cilembu, di mana hampir di 8 kecamatan membudidaya umbi cilembu. Hongkong, sebagai salah satu tujuan ekspor kali ini memang memiliki lifestyle konsumsi ubi dan talas.

"Di luar negeri sumber konsumsi karbohidrat sudah bergeser pada ubi dan talas, diolah jadi berbagai masakan dan tepung. Ke depan ekspor tidak hanya gelondongan tapi kita siapkan bentuk tepungnya," tuturnya.

Di tempat sama Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementan, Amirudin Pohan menyebutkan di tengah pandemi Covid 19, ekspor pertanian masih bisa tumbuh 14 persen. Oleh karena itu, sesuai dengan kebijakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo strategi peningkatkan ekspor yakni pertama harus tingkatkan produksi 7 persen dan kedua menjaga agar losses di bawah 10 persen dan yang ketiga yakni melalui Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks).

"Yang tak kalah penting juga adalah Kementerian Pertanian meminta untuk hulu sampai hilir perlu bentuk korporasi. Sesuai arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo kita mulai gandeng mitra perbankan dengan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Hilirnya bekerjasama dengan swasta sebagai avalis penjamin ketika petani butuh permodalan," jelas Amiruddin.

Ia berharap petani Jabar khususnya Kabupaten Bandung bisa menggaet hilirnya untuk ekspor. Ekspor ubi jalar secara nasional tahun 2020 sampai bulan Juli sebesar 9.000 ton.

"Saya yakin tahun ini bisa melebihi tahun kemarin. Namun perlu dikaji impornya bentuk apa dan itu yang harus kita usahakan bisa sediakan sendiri di dalam negeri," terangnya.