Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah berkomitmen untuk menyediakan 30 juta dosis vaksin pada akhir 2020 ini.
Airlangga mengatakan, pemerintah ingin segera menyetop penyebaran virus corona di Tanah Air. Sehingga apa yang harus dilakukan yakni dengan segera memperoleh akses terhadap vaksin.
Baca Juga
"Pemerintah sudah melakukan uji klinis vaksin bukan hanya yang sedang berlangsung di Indonesia, tapi juga di China, Brazil, Bangladesh, Turki, dan ini diharapkan selesai di bulan Desember (2020). Akses vaksin yang diperoleh besarnya adalah 250-300 juta," jelasnya dalam sesi teleconference, Selasa (15/9/2020).
Advertisement
Sebagai proyeksi, ia memperkirakan pada kuartal IV tahun ini Indonesia akan memiliki 30 juta dosis vaksin. Sehingga pada 2021 mendatang akan terdapat 300 juta dosis vaksin Covid-19.
"Sekarang 30 juta sudah komitmen untuk bisa diberikan di kuartal IV (2020), sehingga nanti di kuartal pertama (2021) kita sudah bisa melakukan vaksinasi subjek kepada keberhasilan dalam pengetesan clinical trial," ujar Airlangga.
Tidak berhenti di situ, ia melanjutkan, pemerintah juga terus menggalang kerjasama dengan G42 Uni Emirat Arab (UAE). Negara Timur Tengah tersebut bekerjasama dengan Kimia Farma dan berkomitmen untuk menyediakan 10 juta dosis vaksin untuk akhir 2020.
"Kemudian kita melalui G42 telah melakukan juga kerjasama untuk mendapatkan akses. Saat sekarang sedang melakukan clinical trial di UAE. Akses vaksin kita 60-110 juta (secara keseluruhan)," pungkasnya.
Â
Erick Thohir: Warga Mampu Tak Dapat Vaksin Covid-19 Gratis
Pemerintah tengah gencar melakukan langkah percepatan penanganan wabah Covid-19. Salah satunya dengan percepatan pemenuhan kebutuhan vaksin Covid-19.
Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN) Erick Thohir menyatakan, pihaknya terus menjajaki peluang kerja sama dengan berbagai lembaga kesehatan dan perusahaan farmasi internasional. Hal ini dilakukan agar kebutuhan vaksin nasional tercukupi.
"Yang seperti tadi dilaporkan ke Pak Presiden, bahwa selain kita terus melakukan pendekatan dengan AstraZeneca, CanSino, Pfizer, kita terus melakukan kerja sama dengan CEPI (Coalition for Epidemic Prepareness Inovation) dan GAVI (Global Alliance for Vaccines and Immunization)," kata Erick di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (14/9/2020).
Erick juga menjelaskan, ada dua skema vaksinasi massal yang rencananya dimulai awal tahun depan, yaitu gratis dan berbayar. Skema gratis diberikan kepada masyarakat yang terdaftar di BPJS Kesehatan. Sedangkan, skema berbayar ditujukan untuk masyarakat yang lebih mampu secara finansial.
"Ini menjadi bagian yang diutamakan dalam periode beberapa bulan ke depan untuk vaksinisasi," katanya.
Sebelumnya, Indonesia telah melakukan kerja sama dengan perusahaan farmasi luar negeri. Seperti kerja sama PT Bio Farma (Persero) dengan Sinovac Biotech dari Tiongkok.
Sinovac disebutkan telah berkomitmen untuk menyediakan 20 juta dosis vaksin pada akhir tahun ini, jika uji klinis tahap 3 yang sedang dilakukan berjalan lancar. Sementara untuk tahun depan, akan diproduksi lagi 250 juta dosis untuk Indonesia.
Kemudian, PT Kimia Farma juga telah bekerja sama dengan Grup 42 (G42) dari Uni Emirat Arab (UEA) dan memperoleh kesepakatan 10 juta dosis vaksin pada akhir tahun 2020. Untuk tahun 2021, jumlahnya ditambah lagi sebanyak 50 juta dosis.
"Insya Allah, di akhir tahun ini ada 30 juta (dosis) dan di tahun depan ada 300 juta. Tetapi sebagai catatan, dari total kita dapatkan 330 juta mungkin 340 juta," kata Erick beberapa waktu silam.
Advertisement