Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Indonesia diprediksi masih akan mengalami pertumbuhan negatif di kuartal III 2020. Paling tidak pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai minus 2 persen.
"Dari data-data yang ada kemungkinannya kontraksi juga minus 2 di triwulan III," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir dalam webinar di Jalarta, Kamis (17/9/2020).
Baca Juga
Dia mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi negatif 2 persen tersebut berdasarkan indikator-indikator yang sudah dilihat pemerintah.
Advertisement
Salah satunya yakni penerimaan pajak yang tumbuh negatif dan uang beredar di masyarakat yang masih minim.
"Ini berdasarkan hasil estimasi kami terakhir dari data penerimaan pajak dan pertumbuhan uang beredar mengalami penurunan," kata dia.
Kendati begitu, dirinya bersyukur setidaknya terjadi perlambatan kontraksi. Dari yang sebelumnya negatif 5,3 persen menjadi lebih rendah yakni sebesar minus 2 persen.
"Tapi ini sudah mengalami perlambatan kontraksinya. Oleh karena itu ini harus diwaspadai misalkan kalau ekonominya belum pulih ya jangan ditutup dulu perhatikan sektor-sektor nya seperti transportasi akomodasi kalau perdagangan itu cepat banget pulihnya," tandas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video di bawah ini:
Selandia Baru mengumumkan pertumbuhan ekonomi negaranya di kuartal II 2020 tumbuh munis 12%. Dengan kata lain Selandia Baru masuk jurang resesi pertama kali selama dekade terakhir.
Meski Vaksin Sudah Ditemukan, Sektor Ekonomi Masih Dibayangi Ketidakpastian
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyadari bahwa meskipun tanda-tanda pemulihan ekonomi di Indonesia sudah mulai terlihat tetapi masih rentan. Bahkan meskipun vaksin telah ditemukan, pemulihan ekonomi juga masih rentan.
“Ini masih sangat dini dan terlalu rentan bagi kita melihat pemulihan ekonomi,” kata Sri Mulyani dalam webinar LPS, Rabu (16/9/2020).
Dia mengatakan, sekalipun pemerintah sudah mendapatkan harapan akan mendapatkan vaksin di akhir tahun, itu semua belum cukup untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Sebab, vaksin sendiri membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama bagi banyak negara.
"Because covid masih di sini bersama kita meksipun banyak hope dan diskusi mengenai vaksin tapi ini membutuhkan waktu lebih lama bagi banyak negara," kata dia.
Bendahara Negara ini menambahkan, selama masih adanya virus corona maka akan memberikan ketidakpastian bagi seluruh negara, termasuk Indonesia. Ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 ini juga yang membuat perekonomian Indonesia mengalami kontraksi 5,32 persen di kuartal II 2020.
Namun menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan berarti situasi menjadi buruk. Sebab kontraksi ekonomi RI masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain.
“Indonesia masih dealing dengan ketidakpastian ini, meskipun jika dibandingkan negara-negara lain kontraksi ekonomi kita di kuartal II 5,3 persen lebih mild dari negara lain yang kontraksinya lebih dalam,” jelasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement