Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak jatuh lebih dari 4 persen pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pelemahan harga minyak ini karena meningkatnya kasus positif Covid-19 yang memicu kekhawatiran akan permintaan global.
Selain itu, pendorong lain penurunan harga minyak dunia adalah kembali berproduksinya Libya yang mendorong kekhawatiran akan kelebihan pasokan.
Baca Juga
Pada perdagangan Senin, harga minyak mengikuti pasar saham dan komoditas lain dan berbalik arah menghindari risiko karena meningkatnya angka infeksi Covid-19 di Eropa dan negara lain. Tentu saja, hal ini menimbulkan keraguan akan pemulihan ekonomi global.
Advertisement
"Kami melihat berita menyedihkan tentang permintaan akan bahan bakar," kata Direktur Riset Tradition Energy, Stamford, Connecticut, Gary Cunningham.
“Kami mencari pasar yang jauh lebih baik. Tetapi justru gambaran ekonomi jauh terlihat lebih mengkhawatirkan," tambah dia.
Harga minyak mentah jenis Brent turun USD 2 atau 4,6 persen menjadi USD 41,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate turun USD 1,80 atau 4,38 persen menjadi USD 39,31 per barel.
Kedua harga minyak tersebut mengalami penurunan harian terbesar mereka dalam dua minggu.
Harga minyak melemah atau turun tajam di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa peningkatan kasus virus Covid-19 dapat memangkas permintaan.
Dalam hitungan Reuters, lebih dari 30,78 juta orang telah terinfeksi oleh virus Corona baru. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada hari Senin memikirkan untuk kembali melakukan lockdown atau penguncian nasional kedua. Sementara kasus di Spanyol dan Prancis juga meningkat.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Produksi Libya
Pekerja di ladang minyak Sharara Libya telah memulai kembali operasinya, setelah National Oil Corporation mengumumkan pencabutan sebagian force majeure.
Tetapi sejauh ini belum jelas kapan dan pada tingkat apa produksi dapat dimulai kembali.
Sementara itu, sebuah kapal tanker Suezmax sedang menuju ke terminal Marsa El Hariga Libya, menurut data pengiriman Refinitiv Eikon.
Goldman Sachs memperkirakan harga minyak Brent mencapai USD 49 per barel pada akhir tahun dan USD 65 per barel pada kuartal ketiga tahun depan, terlepas dari perkembangan Libya.
Barclays menaikkan prospek harga minyak Brent di 2020 menjadi USD 43 per barel dan USD 53 per barel pada tahun depan.
Sentimen ini didukung oleh harapan untuk meningkatkan kepatuhan dengan kesepakatan pengurangan produksi di antara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC dan sekutunya.
Advertisement