Sukses

Bursa Saham Asia Melemah Ikuti Wall Street

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang yang menjadi patokan buesa saham di Asia diperdagangkan 0,11 persen lebih rendah.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di kawasan Asia tergelincir pada pembukaan perdagangan Selasa pagi ini. Pelemahan ini mengikuti penurunan yang terjadi pada Wal Street.

Megutip CNBC, Selasa (22/9/2020), Kospi Korea Selatan turun 0,26 persen di awal perdagangan. Untuk S&P/ASX 200 Australia juga melemah 0,43 persen.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang diperdagangkan 0,11 persen lebih rendah.

Pasar saham di Jepang tutup pada hari Selasa untuk hari libur.

Sementara, perusahaan logistik ZTO Express akan menetapkan harga listing di Hong Kong pada Selasa ini. Ini menjadi perusahaan China terbaru yang terdaftar di AS yang ingin memulai debutnya di kota itu.

Pelemahan bursa saham di Asia ini mengikuti pelemahan Wall Street. Di AS, bursa saham terkapar karena kekhawatiran memburuknya pandemi Covid-19 serta ketidakpastian akan pengucuran stimulus AS.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 509,72 poin atau 1,8 persen dan ditutup di 27.147,70. Untuk S&P 500 kehilangan 1,2 persen sehingga melemah ke 3.281,06. Sedangkan Nasdaq Composite ditutup melemah 0,1 persen menjadi 10.778,80.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pelemahan Wall Street

Penurunan Wall Street pada Senin ini menorehkan dua tanda. Pertama adalah pertama kalinya sejak Februari S&P 500 membukukan kerugian selama empat hari berturut-turut. Kedua Dow Jones mengalami hari terburuk sejak 8 September ketika turun 2,3 persen.

Pelemahan pada hari ini menambah kesuraman yang terjadi sepanjang September. S&P 500 turun lebih dari 6 persen selama bulan ini dan Dow telah kehilangan 4,5 persen. Nasdaq Composite telah jatuh 8,5 persen untuk periode yang sama.

Kekhawatiran atas kenaikan kasus virus Covid-9 menjadi pendorong pelemahan Wall Street. Inggris dilaporkan mempertimbangkan lockdown untuk menghentikan peningkatan infeksi.

Ilmuwan terkemuka Inggris mengatakan bahwa, tanpa tindakan lebih lanjut, tingkat infeksi virus yang berasal dari China di Inggris bisa menyentuh 50 ribu per hari.