Liputan6.com, Jakarta - Resesi sudah menjadi istilah yang sering dibahas di masa pandemi covid-19 ini, lantaran sudah banyak negara-negara di dunia baik negara maju maupun negara berkembang yang sudah masuk ke dalam jurang resesi dampak pandemi.
Termasuk Indonesia bayang-bayang masuk jurang resesi sudah di depan mata. Apalagi di kuartal II- 2020 sebelumnya pertumbuhan perekonomian Indonesia terkontraksi -5,32 persen. Maka tak menutup kemungkinan Indonesia bisa bernasib sama seperti negara yang sudah-sudah, seperti Amerika Serikat, Singapura, Jerman dan lainnya.
Hal itu sesuai dengan prediksi dunia usaha, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Gita Wirjawan mengatakan pihaknya sudah memprediksi akan terjadi kontraksi kembali di kuartal III sebesar -2 hingga -3 persen.
Advertisement
“2 bulan yang lalu Kadin sudah memprediksi kemungkinan terjadinya kontraksi lagi di Q3 bisa -2 hingga -3 persen, sehingga akan terjadi resesi. Ini dikarenakan belum kelihatannya kecepatan, ketepatan sasaran, dan keterpaduan untuk mengatasi penanganan bantuan sosial dan/atau BLT yang sangat membantu daya beli masyrarakat,” kata Gita Kepada Liputan6.com, Rabu (23/9/2020).
Lanjut Gita menjelaskan, apalagi konsumsi yang merupakan bagian terbesar dari ekonomi, menurun berada dibawah level konsumsi di periode yang sama di tahun sebelumnya.
Menurutnya terlihat jelas dengan belum terlihatnya perubahan-perubahan sikap yang signifikan terkait pemulihan daya beli. Dan juga terkait daya produksi yang semakin merosot dikarenakan menurunnya daya beli dan belum adanya perhatian optimal terhadap pengusaha UMKM, BUMN, dan korporasi.
“Sulit untuk percaya bahwa pengusaha bisa mengurus dirinya sendiri. Karena pemerintah belum mau memberikan perhatian untuk korporasi tahun ini, realisasi untuk UMKM juga belum optimal, dan dana untuk BUMN juga belum turun secara optimal,” jelasnya.
Intinya disaat negara-negara tetangga menggelontorkan lebih dari 10 persen dari PDB untuk kepentingan pemulihan ekonominya, Indonesia sebagai ekonomi terbesar yakni 43 persen dari perekonomian ASEAN, Indonesia baru mengalokasikan sekitar 3-4 persen dari PDB untuk pemulihan ekonomi sangat kurang.
“Minimum segitu (10 persen dari PDB), ini mungkin mencerminkan kurangnya pendalaman mengenai inti permasalahan yang terjadi sekarang ini. Yang lebih penting lagi adalah pendalaman mengenai kemana kita mau arahkan perekonomian kita di kemudian hari,” pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI: Pertumbuhan Ekonomi Global Mulai Membaik
ertumbuhan ekonomi global sejak tahun 2019 telah mengalami penurunan akibat perang dagang Amerika Serikat dengan China. Perlambatan ekonomi pada tahun 2020 pun diperburuk oleh menyebarnya virus corona yang saat ini telah menjangkiti 213 negara.
"Di tengah itu kita mengalami pandemi Covid-19 yang bukan hanya menginfeksi manusia tetapi juga ekonomi global dan Indonesia," kata Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta dalam Webinar bertajuk Transformation In Financial Industry: Shifting Of Service Into Digital Platform In The Era Of New Normal, Jakarta, Selasa (22/9).
Hingga 20 September 2020, WHO mencatat sudah ada 30 juta kasus terkonfirmasi positif corona di dunia. Setidaknya dalam waktu yang sama Indonesia menyumbang 248 ribu pasien terpapar Covid-19.
Pandemi ini pun tak membuat para negara baju seperti Amerika Serikat, Jepang atau berbagai negara maju lainnya tangguh dalam menghadapi perlambatan ekonomi. Bahkan Indonesia sebagai negara berkembang harus merasakan kontraksi minus 5,23 persen pada triwulan III-2020.
Namun begitu, Filianingsih mengatakan saat ini perkembangan ekonomi global maupun domestik mulai menunjukkan perbaikan. Perbaikan global didorong membaiknya kinerja ekonomi di Amerika Serikat dan China.
"Secara bertahap mulai membaik dan ditopang perbaikan kinerja ekonomi di Tiongkok dan Amerika Serikat," kata Filianingsih.
Perkembangan ini menunjukkan secercah harapan dari sisi global. Kondisi ini juga dipicu dengan melandainya penyebaran virus di dua negara tersebut. Dampaknya, mendorong meningkatnya mobilitas masyarakat global.
"Ini mendorong meningkatnya mobilitas masyarakat global," kata dia.
Di sisi lain perekonomian domestik secara perlahan juga mulai membaik. Hal ini tercermin dari indikasi konsumsi yang membaik.
"Disisi domestik juga ada perbaikan yang secara perlahan ini meski masih ada keterbatasan," kata dia.
Indeks kepercayaan konsumen juga mulai meningkat. Tentunya ini sejalan juga dengan mobilitas masyarakat di dalam negeri.
Tercermin dari aktivitas ekspor yang berjalan baik dan penyaluran bantuan sosial dari pemerintah. Tak ketinggalan pencairan gaji ke-13 bagi ASN juga memberikan dampak positif.
Untuk itu, Filianingsih berharap momentum ini bisa terus terjaga ditengah ketidakpastian saat ini. "Momentum baik ini harus terus dijaga agar perbaikan ini terus berlanjut," pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement