Sukses

Ternyata Ekonomi Global Sudah 14 Kali Terkena Resesi, Kapan Saja?

Bank Dunia pada Juni 2020 memang telah memprediksi jika resesi ekonomi global akan terjadi pada tahun ini, imbas virus corona (COVID-19).

Liputan6.com, Jakarta Resesi bagi Indonesia sudah di depan mata. Sebelumnya, banyak negara sudah menyerah dan masuk ke dalam jurang resesi imbas pandemi Covid-19. Sebut saja Singapura, Australia, Jepang dan lainnya.

Bank Dunia pada Juni 2020 memang telah memprediksi jika resesi ekonomi global akan terjadi pada tahun ini, imbas virus corona (COVID-19).

Bahkan resesi kali ini akan menjadi yang terdalam sejak Perang Dunia II. Dengan sebagian besar negara mengalami penurunan output per kapita sejak 1870.

Melansir laman resminya, Rabu (23/9/2020), Bank Dunia memperkirakan ekonomi global akan menyusut 5,2 persen pada tahun ini. Ini akan mewakili resesi terdalam sejak Perang Dunia Kedua.

"Di mana ekonomi terbesar mengalami penurunan output per kapita sejak 1870," kata Bank Dunia dalam Prospek Ekonomi Global Juni 2020.

Aktivitas ekonomi di negara-negara maju diperkirakan menyusut 7 persen pada tahun 2020 karena permintaan dan penawaran domestik, perdagangan, dan keuangan yang sangat terganggu.

Ekonomi Negara-negara Emerging Market and Developing Economies (EMDE) diperkirakan akan menyusut 2,5 persen tahun ini. Ini menjadi kontraksi pertama dalam setidaknya enam puluh tahun. Pendapatan per kapita diperkirakan turun 3,6 persen, yang akan membuat jutaan orang jatuh miskin tahun ini.

Bicara tentang resesi, ekonomi global ternyata telah mengalami 14 resesi global sejak 1870 termasuk pada 2020 ini. Resesi berlangsung pada tahun:

1. 1876 : - 21,1

2. 1885 : - 0,02

3. 1893 : - 0,8

4. 1908 : -3

5. 1914: -6,7

6. 1917-1921: -4,4

7.1930-1932: - 17,6

8. 1938: - 0,5

9. 1945-1946: -15,4

10. 1975: - 0,8

11. 1982: -1,3

12. 1991: - 0,3

13. 2009: - 2,9

14. 2020 : -5,2

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Siap-Siap Resesi, Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Indonesia Kuartal III Minus 2,9 Persen

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 mencapai minus 2,9 hingga minus 1,0 persen. Ini artinya Indonesia siap-siap menuju jurang resesi.

Sementara secara keseluruhan di 2020, Kemenkeu memprediksi pertumbuhan ekonomi akan mencapai minus 1,7 sampai minus 0,6 persen.

“Kementerian Keuangan melakukan revisi forecast pada bulan September ini, yang sebelumnya kita memperkirakan untuk tahun ini adalah minus 1,1 hingga positif 0,2 persen. Forkes terbaru kita pada bulan September tahun 2020 adalah pada kisaran minus 1,7 hingga minus 0,6,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam APBN Kita, Rabu (23/9/2020).

Sementara perkiraan berbagai institusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia belum banyak mengalami revisi. Dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 diprediksi minus.

“Kalau kita lihat berbagai institusi yang melakukan forkes terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia belum ada update, namun kira-kira mereka rata-rata sekarang memproyeksikan ekonomi Indonesia tahun 2020 semuanya pada zona negatif kecuali bank dunia yang masih pada posisi nol,” kata Menkeu.

Rinciannya, OECD memperkirakan -3,3 persen. Ini lebih baik dari yang tadinya diperkirakan OECD antara 3,93 hingga minus 2,8 persen (yoy). ADB memperkirakan Indonesia mengalami kontraksi 1 persen (yoy), Bloomberg - 1 persen (yoy), IMF di - 0,3 persen (yoy), dan Bank Dunia 0 persen (yoy).

“Ini artinya negatif teritori kemungkinan akan terjadi pada Kuartal ke-3. Dan mungkin juga masih akan berlangsung untuk kuartal ke-4 yang kita upayakan untuk bisa mendekati nol atau positif,” tutur Menkeu.

Sementara untuk tahun 2021, pemerintah tetap menggunakan perkiraan sesuai dengan yang dibahas dalam RUU APBN 2021, yaitu antara 4,5 hingga 5,5 persen (yoy) dengan forecast titiknya 5,0 persen (yoy).

OECD tahun depan memperkirakan Indonesia tumbuh di 5,3 persen, ADB juga pada kisaran 5,3 persen, Bloomberg median di 5,4 persen, IMF 6,1 persen, dan World Bank di 4,8 persen.

“Semua forecast ini semuanya subject to, atau sangat tergantung kepada bagaimana perkembangan kasus covid-19 dan bagaimana ini akan mempengaruhi aktivitas ekonomi,” pungkas Menkeu.  

3 dari 3 halaman

Infografis