Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, dan yield Surat Utang Negara (SUN) mulai menunjukkan tren positif di era kebiasaan baru ini. Kendati masih belum mencapai level terbaiknya seperti saat pandemi Covid-19 belum melanda wilayah Indonesia.
Ini diungkapkan Sekretaris Eksekutif 1 Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCPEN) Raden Pardede. Data tersebut per 23 September 2020.
Baca Juga
"Kita bisa melihat ini bahwa sejak bulan Juni akhir itu terjadi perbaikan secara gradual. Meski belum ke level 100 persen atau pulih betul," ujar dia, Rabu (23/9/2020).
Advertisement
Pardede mengatakan, saat ini IHSG mulai mendekati atau berada di level 5.000. Posisi ini tercatat lebih baik dibandingkan pada Maret lalu. IHSG sempat mengalami tekanan yang luar biasa akibat kedatangan virus mematikan asal China itu.
"Kalau kita lihat itu di bulan Maret akhir pada saat Covid-19 mulai masuk IHSG sangat tertekan. kemudian secara perlahan-lahan secara gradual dia mulai naik, naik dan turun. Ya perlahan secara gradual. Apakah sudah kembali pada posisi semula dari sisi market-nya ataupun dari sisi indeks, ya belum, tapi ada kenaikan," ujar dia.
Begitupun dengan nilai tukar rupiah, di mana pada Maret juga sempat melemah hingga menyentuh level Rp 16.500 per USD.
Beruntung saat ini nilai mata uang garuda terus mengalami tren penguatan menuju level Rp 14.000 ribu per USD walau masih bersifat fluktuatif.
Tren positif juga menjalar ke Surat Utang Negara yang sekarang berada di rentang aman antara 7 sampai 6,8 persen. Jauh dari level sebelumnya dimana SUN menyentuh angka 8,5 persen.
"Jadi ada perbaikan di situ. Sebelumnya kan SUN sempat mencapai 8,5 persen. Sekarang di level sekitar 7 persen dan 6,8 persen. Intinya kalau kita lihat sejak bulan Juni akhir itu (SUN) terjadi perbaikan secara gradual," tandas dia.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video di bawah ini:
Resesi di Depan Mata, IHSG Tumbang
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan Rabu pekan ini. Dalam sehari, sejumlah pejabar negara menyatakan Indonesia akan menghadapi resesi.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (23/9/2020), IHSG ditutup melemah 16,13 poin atau 0,33 persen ke posisi 4.917,95. Padahal di awal perdagangan IHSG sempat menguat hingga 40 poin. Sementara, indeks saham LQ45 juga turun 0,29 persen ke posisi 754,17.
Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 4.984,23 dan terendah 4.873,02.
Pada sesi penutupan pedagangan, 143 saham menguat dan 286 saham melemah yang kemudian mendorong IHSG tumbang. Sedangkan 137 saham diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 576.902 kali dengan volume perdagangan 8,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7 triliun.
Investor asing jual saham Rp 187 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.752.
Dari 10 sektor saham pembentuk IHSG, delapan sektor berada di zona merah. Pelemahan dipimpin sektor aneka industri yang turun 0,96 persen, disusul sektor pekebunan yang turun 0,86 persen dan sektor konstruksi turun 0,56 persen.
Sedangkan sektor yang menguat hanya sektor infrastruktur yang naik 0,13 persen dan sektor perdagangan naik 0,08 persen.
Saham yang menguat antara lain ROCK yang naik 25 persen ke Rp 1.625 per lembar saham. Kemudian TUGU yang naik 21,94 persen ke Rp 1.695 per lembar saham dan LMSH yang naik 21,05 persen ke Rp 276 per lembar saham.
Saham yang melemah sehingga menekan IHSG antara lain PGJO yang melemah 9,76 persen ke Rp 37 per lembar saham. Kemudian SOHO turun 6,99 persen ke Rp 12.650 per lembar saham dan PBSA turun 6,93 persen ke Rp 470 per lembar.
Advertisement