Sukses

PSBB Jakarta Bayangi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal II dan IV

Sektor jasa seperti, perdagangan, transportasi, hotel, restoran dan jasa-jasa perusahaan akan mengalami pemulihan yang relatif lambat.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk mencatat masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta membuat beberapa indikator ekonomi membaik. Setelah sebelumnya mencapai titik terendahnya pada sekitar bulan April dan Mei 2020.

“Pada Kuartal III ini, khususnya bulan Juli dan Agustus, berbagai indikator telah menunjukan perbaikan kegiatan ekonomi dibandingkan bulan April dan Mei 2020,” ujar Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro dalam media briefing, Kamis (24/9/2020).

Sebagai contoh, Andry menyebutkan penjualan kendaraan bermotor pada bulan Agustus 2020 sudah mencapai 37.291 unit setelah mencapai titik terendah yaitu 3.551 unit pada bulan Mei 2020. “Meskipun demikian, angka penjualan bulan Agustus 2020 masih jauh dibawah angka rata-rata penjualan tahunan 2019 yang mencapai 85.577 unit,” jelas dia.

Kemudian tingkat hunian kamar hotel mulai membaik pada Juli 2020 menjadi 28,7 persen, walaupun masih jauh dibawah sebelum periode Covid-19 yaitu 56,7 persen pada Juli 2020. Sementara itu, harga-harga komoditas penting bagi perekonomian Indonesia selama pandemi Covid-19 masih tertekan.

“Sampai dengan 20 September 2019, harga minyak mentah turun sebesar 35 persen YTD, atau berada di sekitar USD 43 per barrel. Dan harga batubara pun turun sebesar 23 persen atau berada di tingkat USD 52 per ton,” beber Andry.

Lanjut dia, harga minyak kelapa sawit sejak bulan Juni sudah membaik dengan cepat mencapai USD 753 per ton. Atau setara dengan sebelum harga Covid-19 pada bulan Desember 2019. Harga karet pun tercatat membaik sebesar 20 persen YTD mencapai USD 2 per Kg.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kembali Tertekan

“Ke depan, perkembangan ekonomi sektoral Kuartal III dan IV dibayangi risiko dampak penerapan PSBB di wilayah DKI Jakarta sejak tanggal 14 September dan resiko akibat peningkatan kasus Covid-19,” kata Andry.

Secara sektoral, Andry melihat sektor-sektor jasa-jasa seperti, perdagangan, transportasi, hotel, restoran dan jasa-jasa perusahaan akan mengalami pemulihan yang relatif lambat dari perkiraan semula. Hal ini akibat peningkatan kasus positif Covid-19.

Demikian pula sektor industri pengolahan. Dimana pemulihannya tergantung pada perbaikan daya beli serta confidence masyarakat untuk mulai membelanjakan uangnya.

“Sektor komoditas kelapa sawit bisa menjadi katalis positif yang mendorong perekonomian Indonesia ke depan, terutama di sentra-sentra perkebunan di Sumatera dan Kalimantan. Harga minyak kelapa sawit sampai akhir tahun, kami perkirakan masih akan bertahan di tingkat harga USD 700 per ton (FOB Malaysia),” pungkas dia.