Sukses

Pemerintah Yakin Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,5 Persen di 2021

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 1 persen di 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 diperkirakan tumbang karena dampak pandemi Covid-19. Bank Dunia memprediksi 0 persen dan IMF memperkirakan minus 0,3 persen. Beberapa lembaga ekonomi lain pun tak berbeda jauh. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan,  Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 1 persen. Sementara OECD memperkirakan hanya tumbuh minus 3,93 persen sampai minus 2,8 persen.

"OECD sudah melihat kita minus 3,93 persen - minus 2,8 persen," kata dia dalam Konferensi Pers tentang Rapat Koordinasi Pimpinan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (Rakorpim PC-PEN) di Bintan, Kepulauan Riau, Jumat (25/9/2020).

Sementara pemerintah sendiri memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh minus 1,7 persen sampai tumbuh positif 0,6 persen. Sedangkan secara pribadi Airlangga optimis pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh positif 0,3 persen.

"Kita tumbuh minus 0,3 persen," kata dia.

Pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,5 persen sampai 5,5 persen. Airlangga mengklaim pernyataannya juga diamini para lembaga internasional. Hanya saja mereka memperkirakan Indonesia akan tumbuh di angka 2,6 persen sampai 5,2 persen.

"Namun di tahun 2021 konsensus seluruhnya melihat Indonesia ini positif, mulai dari positif 2,6 persen hingga 5,2 persen," klaim Airlangga.

Kondisi ini kata dia jauh lebih baik dibandingkan beberapa negara di ASEAN. Semisal Thailand minus 12 persen, Malaysia minus 17 persen. Lalu Singapura yang minus 12 persen, dan India minus 23,9 persen.

"Bahkan yang terdalam India minus 23,9 persen," kata dia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Pemulihan Terlihat

Airlangga menambahkan berbagai tekanan sektor keuangan baik di bursa saham maupun kurs rupiah saat ini sudah mengarah ke positif. Hanya saja beberapa hari terakhir ada tekanan global. Terlihat di berbagai negara di Amerika yang dari waktu ke waktu relatif negatif. Sehingga menimbulkan sentimen negatif kepada pasar modal.

Terkait dengan potensi ke depan pemulihan sudah terlihat dari PMI manufaktur Indonesia yang sudah di angka 51 persen atau 50,9. Kemudian penjualan kendaraan bermotor sudah naik. Begitu juga dengan pertumbuhan penjualan ritel dan indeks keyakinan konsumen.

Sementara itu terkait penanganan kasus, secara nasional memang ada penambahan. Namun yang menjadi perhatian pemerintah secara kesimpulan relatif mendekati standar global.

"Dari segi kesimpulan kita sudah relatif mendekati kesembuhan global di 73, 22 persen. Kalau global 7 3,78 dan fatality red kita di 3,86 persen sedangkan global berada di angka 3 persen," katanya mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com