Liputan6.com, Jakarta - Kepala Divisi Corporate Secretary PT Danareksa Sekuritas (DS), Burhan S. Widodo, membenarkan informasi terjadinya tindak pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh Perusahaan. Menurutnya, total ada 36 karyawan yang terkena PHK di tengah Corona.
"Benar, keputusan tersebut dilakukan dengan beberapa pertimbangan," tegas dia kepada Merdeka.com, Sabtu (26/9).
Baca Juga
Burhan mengatakan, PHK terpaksa ditempuh imbas dari loyonya kinerja keuangan perusahaan saat ini. "Diantaranya adalah terkait efisiensi merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kinerja keuangan perusahaan yang kurang favorable," jelasnya.
Advertisement
Selain itu, PHK dilakukan menyusul adanya perubahan cara bisnis oleh perusahaan yang kini mengarah ke ekositem digitalisasi. "Sejalan dengan perkembangan era digital saat ini, serta keadaan pandemi yang mengubah tren konsumen," tambahnya.
Terakhir, keputusan pahit ini dilakukan, menindaklanjuti adanya penyesuaian struktur organisasi sebagai respon atas perkembangan ekonomi dan bisnis di tengah Corona. "Ini menyebabkan perubahan kebutuhan tenaga kerja," terangnya.
Kendati demikian, Burhan mengklaim PHK yang terjadi telah mematuhi regulasi yang berlaku di Indonesia. "Semua sudah melalui pertimbangan matang dengan mematuhi semua ketentuan perundang undangan dan Perjanjian Kerja Bersama," ucapnya
"Namun, kewajiban akan dibayar lunas maksimal 14 hari kerja. Ini setelah karyawan menerima PHK," tutupnya.
Merdeka.com
Pulihkan Ekonomi Nasional, Danareksa Sekuritas Optimis Program Pemerintah Berjalan Lancar
Pemerintah Indonesia bersama dengan Bank Indonesia, melakukan upaya untuk percepatan pemulihan ekonomi Indonesia yang pada kuartal kedua pertumbuhannya diperkirakan negatif. Adapun tindakan yang diambil pemerintah harus dapat mengantisipasi perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Permasalahan yang dihadapi pemerintah karena Covid-19 belakangan ini memberikan tekanan terhadap prospek ekonomi Indonesia. Tekanan ini menyebabkan pasar modal menjadi cukup fluktuatif.
Namun kabar baiknya di pasca relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Juni, data matriks bisnis mulai menunjukan potensi pemulihan yang berkelanjutan. Komitmen berani dan kuat dari pemerintah melalui kebijakan fiskal dan sikap moneter akomodatif dari Bank Sentral juga memberi ruang perbaikan untuk ekonomi nasional.
Namun, akar masalah penyebab krisis, pandemi Covid-19, masih berlanjut. Isu geopolitik dunia, trade dispute antara US dan China, dan US election juga dapat menjadi faktor masalah yang harus diantisipasi.
Dalam laporan Danareksa tentang Prospek Ekonomi dan Pasar Modal Semester II 2020, Indonesia perlu mengantisipasi terjadinya kontraksi ekonomi pada kuartal 2 dan 3. Menghindari resesi merupakan tantangan yang sangat sulit, walaupun di kuartal 4 pertumbuhan diperkirakan mulai kembali positif.
Amir Dalimunthe selaku Head of Fixed Income PT Danareksa Sekuritas, mengatakan pemerintah punya banyak program yang bagus dan pemerintah sangat serius dalam mencegah resesi.
"Danareksa Sekuritas optimis jika program PEN dapat diimplementasikan secara efektif dan tepat waktu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal 3 masih ada harapan untuk tidak negatif," ungkapnya.
Penurunan IHSG sempat memberikan pengaruh juga terhadap animo perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut Amir jumlah emiten masih terbilang banyak berkaca dengan situasi menantang belakangan ini.
Hingga 10 Juli 2020, terdapat 19 perusahaan yang berencana melakukan pencatatan saham di BEI. Yield SUN yang mulai turun juga turut memberikan sentimen positif di pasar obligasi korporasi.
Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sepanjang 2020 adalah 43 emisi dari 30 emiten senilai Rp36,19 triliun. Walau jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan pencapaian di periode yang sama pada 2019, namun terlihat mulai terjadi peningkatan dibandingkan kondisi di 2Q20.
"Stimulus dari pemerintah pada sejumlah sektor bisa memberikan kepercayaan diri para emiten di sektor tersebut masuk ke pasar modal," ujar Friderica Widyasari Dewi, CEO PT Danareksa Sekuritas.
Menurut Friderica dalam wawancara dengan Investor Juli 2020, jika program stimulus pemerintah diimplementasi secara efektif, maka peluang investasi akan tetap menarik di Indonesia.
Kebijakan pemerintah dapat memberikan dukungan dalam peningkatan kegiatan ekonomi nasional dan penyerapan anggaran pemerintah yang lebih tinggi, sehingga akan berdampak positif untuk pemulihan perekonomian dan juga untuk industri pasar modal Indonesia ke depannya.
Terlebih, stimulus dan relaksasi aturan yang diberlakukan oleh pemerintah, regulator pasar modal maupun SRO hingga saat ini cukup berhasil untuk menopang indeks harga maupun mengendalikan volatilitas. Optimisme investor juga mulai mengalami peningkatan.
Namun,tentu saja pergerakan pasar tidak terlepas dari perkembangan pandemi Covid-19 diIndonesia. Friderica menggaris bawahi pentingnya realisasi dari berbagai stimulus tadi di lapangan guna mendukung kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan regulator terkait seperti OJK dan BI.
PT Danareksa Sekuritas optimis terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah akan memberikan hasil yang baik untuk prospek ekonomi dan kepercayaan investor. PT Danareksa Sekuritas berkomitmen untuk berperan secara strategis dan penuh waspada dalam mendukung pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional.
Advertisement