Sukses

Hebat, Penjual Jamu Ini Mampu Raup Omzet hingga Rp 20 Juta per Bulan

Awalnya banyak yang menyepelekan usaha Siti Anugraheni, sebab ia adalah lulusan S1 Tata Boga tapi malah jualan jamu.

Liputan6.com, Jakarta - Jamu merupakan minuman tradisional khas Indonesia. Di masa pandemi covid-19, produk jamu banyak dicari dan dikonsumsi untuk menjaga daya tahan tubuh.

Meskipun jamu dikenal sebagai minuman jadul, namun kini banyak produk jamu yang kekinian. Salah satunya produk jamu kekinian “Jamu Yu Pon” yang digeluti oleh Siti Anugraheni (27).

Mantan Guru ekskul asal Bekasi ini mengembangkan bisnisnya dengan memproduksi jamu botolan kemasan 350 dan 500 mililiter (ml). Produksi Jamu Yu Pon mengandalkan remah-rempah asli nusantara seperti kunyit, Temulawak, beras kencur, jahe dan sari asem.

Sejak 2018, Siti berinisiatif mengembangkan produksi Jamu yang merupakan warisan turun temurun dari orang tuanya menjadi lebih kekinian. “Kebetulan saya generasi milenial, nah generasi milenial itu kebanyakan bisnis yang lagi hits atau kekinian, saya cari bisnis yang produk lokal dan tradisional tetapi bisa mengangkat menjadi internasional,” kata Siti kepada Liputan6.com, Minggu (27/9/2020).

Awalnya banyak yang menyepelekan usaha Siti, sebab ia adalah lulusan S1 Tata Boga tapi malah jualan jamu. Kendati begitu dirinya tidak patah arang dan semua komentar tersebut ia jadikan motivasi untuk terus melanjutkan usaha jamunya.

Dengan modal Rp 500 ribu, dalam sehari perempuan asal Bekasi ini bisa memproduksi 70 botol per hari. Ada 5 varian jamu yang ditawarkan Jamu Yu Pon, yakni Beras Kencur, Jahe, Temulawak, Kunyit Asem, dan Pahitan. Harga jamu dibandrol Rp 13 ribu untuk jamu ukuran 350 ml, dan Rp 18 ribu jamu ukuran 500 ml per botol.

Dalam seminggu ia mampu meraup Rp 700 ribu, dan dalam sebulan omzetnya mencapai Rp 15-20 juta. Sementara untuk produksi Siti dibantu oleh sang ibu, hingga sekarang proses pembuatannya masih homemade. Sehingga dijamin kualitasnya tak mengecewakan, walaupun daya simpannya hanya bertahan 2-10 hari.

“Daya simpan jamu tergantung variannya, misal untuk varian kunyit asem bisa 7-10 hari, kalau beras kencur 2-3 hari memang tidak pakai bahan pengawet jadi gak bisa tahan lama,” ungkapnya.

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Omzet Anjlok

Namun, sejak adanya pandemi omset Jamu Yu Pon menurun drastis, kini dalam seminggu ia hanya mampu memproduksi 20 botol jamu saja, sebab permintaan menurun.

Sampai saat ini Jamu Yu Pon baru hanya bisa dipesan secara online melalui media sosial Instagram @jamuyupon, dan via e-commerce Tokopedia atau Shopee. Ia mengaku dengan berjualan secara online lebih praktis, serta mampu mendatangkan pembeli dengan mudah.

“Dulu itu memang belum pake e-commerce Tokopedia sama Shopee, dulu masih pake Instagram, kalau sekarang saya pake e-commerce, saya juga lagi proses daftar di Grabfood,” ujarnya.

Selain itu, Siti juga memiliki reseller-reseller sebagai strateginya memasarkan produk jamunya. Untuk saat ini ia hanya memasarkan ke daerah Jabodetabek saja. Namun untuk ke depannya ia berkeinginan untuk memperbanyak reseller di luar Jabodetabek, seperti Bandung.

“Saya mulai usaha dari nol, gak modal ratusan juta. Saya cuman mulai ratusan ribu, saya promosi sendiri, bikin label sendiri, logo sendiri, marketing hanya pinggir jalan, CFD, dan pasar, karena belum ada modal banyak. Mimpi saya ingin punya toko dan waralaba seperti franchise,” ujarnya.

Cita-cita lainnya, ia menargetkan tahun 2021 ingin membuka stand booth atau food truck untuk berjualan di pinggir jalan, atau menyewa ruko untuk tempat jualan sementara, setelah ia berhasil mengumpulkan modal ia akan miliki toko sendiri.

Ia juga sangat tertarik jika mendapatkan kesempatan free pemakaian kitchen dari Everplate, sehingga bisnis jamunya semakin dikenal. “Mau banget malahan, apalagi di Jakarta, mungkin peminatnya bakal lebih banyak lagi,” ujarnya.

Demikian, Siti berpesan kepada generasi cuan agar terus bergerak dan berjuang di tengah pandemi covid-19 ini. Apabila memiliki niat membuka usaha maka segera lakukan, jangan dibatasi oleh modal yang sedikit, yang terpenting berani memulai dan berani gagal.