Liputan6.com, Jakarta - Berbelanja secara daring bukan lagi menjadi hal baru, utamanya saat pandemi covid-19. Dimana pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan persebaran covid-19. Sehingga layanan daring menjadi solusi situasi ini.
Dalam krisis seperti sekarang, pengelolaan pengeluaran harus dilakukan dengan bijak, termasuk untuk berbelanja. VP Marketing Lazada Indonesia, Sawitri Hertoto membagikan sejumlah kiat untuk berbelanja dengan bijak. Sebelum berbelanja online, tentukan barang yang ingin anda beli.
Baca Juga
Cari tahu seluk beluk barang tersebut, mulai dari spesifikasi dan harga pasarannya. Hal ini untuk memitigasi risiko penipuan melalui penawaran dari sisi harga yang sangat menggiurkan.
Advertisement
Setelah itu, pastikan besaran anggaran sebelum membeli barang. “Jadi anggaran itu besarnya harus dipastikan. Jangan sampai nanti habis itu ngutang gara-gara belanja terlalu seru,” ujar dia dalam Webinar Konsumen Pintar, Selasa (29/9/2020).
Jika Anda melirik promo yang ditawarkan di marketplace, perhatikan syarat dan ketentuannya. Sehingga Anda tidak merasa tertipu ketika tidak berkesempatan mendapatkan promo tersebut.
“Promo-promo itu diperhatiin mekanismenya, caranya bagaimana, berapa orang sih yang dapat. Karena kadang promo itu juga terbatas. Jadi nanti jangan tiba-tiba ngamuk-ngamuk karena kita nggak ngerti promonya, dan merasa tertipu saat belanja online,” jelas Sawitri.
Setelah semua informasi tersebut, saatnya Anda meluncur untuk mencari produk yang Anda cari. Untuk hal ini, Sawitri menyarankan Anda untuk melakukan perbandingan antara toko atau penjual sebelum membeli berbelanja online.
Kemudian perhatikan ulasan konsumen, baik untuk produk maupun tokonya. Jangan lupa untuk cek juga barang lainnya yang dijual di toko tersebut.
“Kita perlu memperhatikan tokonya. Di toko ini, benar nggak sih barangnya, jenisnya berkaitan atau enggak, kok tiba-tiba dia jualan itu, atau apa gitu. Agak aneh gitu, kan? Kemudian lihat review-nya,” jelas Sawitri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Belanja Online Laku Keras saat Pandemi Covid-19, Toko Fisik Terancam Tutup?
Pandemi Covid-19 banyak mengubah kebiasaan masyarakat dalam berbagai aktivitas, termasuk berbelanja.
Kebijakan beberapa negara untuk melakukan pembatasan sosial untuk memitigasi penyebaran virus Corona Covid-19 membuat banyak oleh memilih untuk belanja online. Dampaknya, tidak ada transaksi tatap muka seperti yang umunya terjadi sebelum pandemi.
Di sisi lain, situasi ini juga mendorong akselerasi perekonomian digital. Dimana para penjual mau tidak mau harus beralih pada strategi baru untuk mengikuti perkembangan pola konsumsi masyarakat ke arah digital.
Namun demikian, apakah perubahan ini akan menggerus pasar konvensional, dan benar-benar mengubah kebiasaan konsumen untuk benar-benar mengandalkan belanja secara online?
Profesor pemasaran di Bentley University Massachusetts, Lan Xia, mengatakan "Kita semua telah melihat-lihat pada suatu titik, melewati toko untuk melihat-lihat, tanpa niat untuk membeli," ujarnya dilansir dari BBC, Rabu (1/7/1010).
Xie menambahkan, dengan berbelanja secara konvensional di toko fisik, memungkinkan seseorang untuk membeli produk yang sebelumnya tidak ia inginkan. Terlebih, konsumen akan memperoleh pengalaman emosional terhadap produk yang berwujud.
Dalam temuannya, Xie juga menyebutkan bahwa alasan seseorang tertarik untuk menelusuri gerai tertentu dikarenakan desain dan pengalaman yang ditawarkan saat mengunjungi gerai tersebut.
“Tetapi dengan semua pembatasan ini akibat Covid-19 ini, konsumen akan membutuhkan alasan yang sangat bagus untuk pergi ke mal. Orang-orang akan mulai menemukan tempat lain untuk mengisi hubungan sosial itu,” kata Xie.
Advertisement
Showrooming
Tetapi, beberapa cara yang digunakan konsumen untuk browsing online sangat terkait dengan pengalaman toko. Mereka sering menggabungkan kemampuan untuk berbelanja online dengan mengunjungi toko, umumnya dikenal sebagai webrooming dan showrooming.
Webrooming adalah ketika konsumen menelusuri produk secara online sebelum mengunjungi toko untuk membeli, sedangkan showrooming bekerja secara terbalik, di mana konsumen menelusuri toko fisik sebelum membeli secara online.
Tidak seperti belanja di dalam toko, belanja secara online lebih efisien untuk membuat konsumen cepat menyelesaikan transaksi. Sehingga, dari sisi konsumen akan sangat membantu untuk berhemat, setidaknya pengalaman yang didapat saat berselancar secara daring relatif sama, sehingga lebih besar kemungkinan memunculkan kebosanan, dibandingkan melihat-lihat langsung di pusat perbelanjaan.
"Banyak pengecer besar multi-channel. Anda dapat berbelanja di toko, online, dikirim ke rumah Anda, dikirim ke toko, yang semuanya menangani pembelanja fungsional. Orang-orang kurang memiliki motivasi untuk pergi ke toko fisik dan menjelajah saat ini," kata Xie.
Orang-orang siap untuk berbelanja online, bahkan ketika toko membuka pintu lagi. Sebuah survei di Inggris baru-baru ini menunjukkan bahwa dua dari lima orang berniat untuk melakukan pembelian barang secara online daripada kembali ke toko ketika mereka membuka kembali.
Dengan perubahan perilaku pembelian seperti itu, kreativitas dapat menjadi kunci bagi toko-toko yang ingin tetap menjangkau pelanggan. Seperti menyediakan layanan belanja online, hingga efisiensi fisik toko yang bisa dialihkan untuk mengembangkan toko daringnya.