Liputan6.com, Jakarta - President Director Kalbe, Vidjongtius buka suara atas kritik mahalnya harga obat Covid-19 Covifor yang dijual saat ini Rp 3 juta per dosis.
Menurutnya, penetapan harga obat Covid-19 Covifor turut mempertimbangkan volume impor saat ini. Dimana produksi obat anti Corona tersebut masih diproduksi oleh perusahaan farmasi multinasional asal India, yakni Hetero.
"Produk Covifor saat ini masih diimpor oleh PT Amarox (anak perusahaan dari Hetero India) dan faktor harga selalu berbanding lurus dengan jumlah unit atau volume yg ada," ujar dia kepada Merdeka.com, Jumat(2/10).
Advertisement
Menurut Vidjongtius saat ini volume impor Covifor pada tahap awal masih tergolong rendah. Imbasnya harga jual obat anti Corona tersebut menjadi mahal per dosisnya.
"Jumlah unit atau volume yang ada saat ini ditahap awal volume masih kecil. Sehingga ada penyesuaian (harga)," jelas dia.
Meski demikian, Bos itu Kalbe meramalkan jika kedepannya harga Covifor bisa semakin terjangkau oleh masyarakat Indonesia. "Setelah skala volume bertambah maka harga tersebut akan bisa lebih rendah lagi," tambahnya.
Pun, sambung Vidjongtius, Kalbe Farma juga terus berupaya agar mampu mampu memproduksi obat Covid-19 Covifor di dalam negeri. Langkah strategis ini bertujuan untuk menekan harga jual obat berjenis remdesivir organik ini.
"Tentunya dengan support dari mitra kita Hetero India," tutupnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jaminan Harga Terjangkau
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Slamet Budiarto meminta pemerintah untuk menjamin harga yang terjangkau untuk obat Antivirus Corona Covifor. Pasalnya, harga jual yang dipatok oleh PT Kalbe Farma dinilai terlalu mahal.
"Karena di masa pandemi, ya pemerintah harus menjamin harga yang terjangkau," kata Slamet Saat dihubungi merdeka.com, Kamis (1/10).
Menurutnya, dana yang dialirkan pemerintah untuk membayar klaim rumah sakit rujukan Covid-19 tidak akan cukup, bila harus membeli obat Covifor untuk diberikan kepada pasien Covid-19. Sehingga, menurut Slamet, jalan terbaik yang harus ditempuh pemerintah yaitu dengan mensubsidi obat tersebut.
"Klaim pasien Covid-19 yang dibayarkan oleh pemerintah tidak cukup untuk membeli obat ini (Covifor), jadi pemerintah harus mensubsidi obat ini," ujarnya.
Advertisement