Liputan6.com, Jakarta - Penyesuaian baru antara rantai pasok global dengan adaptasi, digitalisasi, kesiapsiagaan untuk keberlanjutan sistem rantai pasok logistik, dan logistik telah menjadi tulang punggung bagi sektor lainnya yang membutuhkan distribusi barang.
Namun dengan adanya pandemi Covid-19, diperlukan kajian untuk memulihkan logistik di Indonesia. Maka dari itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan webinar seri #8 guna mendiseminasikan hasil kajian terkait strategi pemulihan angkutan logistik pada masa pandemi Covid-19.
Baca Juga
Dimasa pandemi para pelaku industri logistik harus dapat melakukan penyesuaian dan merumuskan bentuk strategi baru di era transisi menuju adaptasi baru.
Advertisement
Kebijakan dan dukungan penuh dari regulator dapat mendorong sektor usaha jasa angkutan barang/logistik agar tetap bisa bertahan dan bangkit kembali secara bertahap sehingga proses pendistribusian pasokan kemanusiaan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
“Dalam rangka pemulihan kesehatan dan ekonomi ini harus dilakukan dalam satu kemudi, dimana instrumennya adalah menekan kurva Covid-19 dengan berbagai protokol kesehatan. Jika kurva Covid-19 berhasil ditekan, maka kita bisa mulai dengan Jaring Pengaman Sosial (JPS), dan Jaring Pengaman Sektor Riil (JPSR),” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Umiyatun Hayati Triastuti dalam keterangannya, Jumat (2/10/2020).
Hadir sebagai pembicara kunci, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyebutkan bahwa Pandemi Covid-19 menyadarkan mengenai perlunya akselerasi untuk sistem transportasi di masa depan.
Smart mobility and logistic, automated & autonomous vehicle yang terintegrasi dengan system cerdas akan berdampak pada sistem transportasi jangka panjang.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Peran Transportasi Perkeretaapian Dalam Percepatan Distribusi Logistik
Kereta api sangat berperan dalam mewujudkan kecepatan dan ketepatan distribusi komoditi kesehatan di masa pandemi, sementara pada pasca pandemi kereta api berperan sebagai penyedia jasa layanan angkutan barang untuk komoditi kesehatan, pangan, dan sandang. Saat ini perkeretaapian memiliki peluang perluasan produk layanan angkutan barang untuk logistik komoditi kemanusiaan pasca pandemik melalui kebijakan extending.
Kecepatan dan ketepatan distribusi logistik kemanusiaan merupakan hal yang penting selama masa pandemi. Maka dari itu perlu kesiapan sistem distribusi logistik kemanusiaan yang matang melalui dukungan peran perkeretaapian dan dukungan berbagai pihak untuk mewujudkan percepatan distribusi logistik dan peluang usaha baru melalui moda perkeretaapian.
“Ide kereta api sebagai tulang punggung logistik itu sudah dari dulu, maka kecepatan dan ketepatan itu menjadi sangat penting,” tutur Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan, Gede Pasek Suardika.
Berdasarkan kajian, terdapat dua kebijakan yang dinilai dapat dilakukan. Pertama adalah kebijakan jangka pendek yang dapat dilakukan antara lain merencanakan rantai pasok komoditi kesehatan, menentukan lokasi simpul (stasiun) utama sebagai hub/terminal, penyediaan fasilitas pendukung distribusi komoditi kesehatan, dukungan regulasi, koordinasi lintas operator angkutan barang, penyiapan SDM perkeretaapian, dan pemanfaatan IT untuk dukung proses tracking dan tracing system.
Sedangkan kebijakan jangka panjang yaitu merencanakan model bisnis logistik kemanusiaan, perluasan jaringan simpul/hub/terminal, pengembangan fasilitas pendukung distribusi, formulasi skema pengusahaan logistik kemanusiaan, model kemitraan bisnis angkutan barang terpadu, peningkatan kompetensi SDM perkeretaapian dan pengembangan IT untuk dukung jasa layanan logistik kemanusiaan berbasi IoT.
Advertisement
Pemulihan Industri Jasa Logistik Pasca Pandemi Covid-19
Selama pandemi, angkutan barang juga mengalami penurunan meskipun tidak terlalu signifikan. Maka diperlukan strategi pemulihan angkutan logistik diperlukan untuk mengembalikan dan sekaligus meningkatkan perekonomian nasional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, binsis logistik dinyatakan pulih jika sistem logistik kita cukup bisa bertahan, handal di dalam wilayah maupun di luar wilayah, baik sedang ada bencana ataupun tidak.
Dampak dan respon Industri jasa logistik untuk upaya pemulihan sangat bervariasi, namun secara umum strategi pemulihan melambat karena kontradiksi antara keinginan untuk meraih pasar baru namun di saat yang sama tidak siap untuk berinvestasi untuk mencapainya akibat tersendatnya aliran kas selama pandemi. Kontradiksi ini dapat diselesaikan dengan beberapa prinsip inovasi pelayanan logistik, termasuk dengan referensi praktik baik yang sukses di masa pandemik (B2C, C2C) untuk menjadi standar bagi model bisnis layanan logistik nasional.
Disisi lain, ketika komunitas industri tidak sanggup untuk mengubah bisnis modelnya karena keterbatasan pendanaan dalam masa pandemi, maka Pemerintah dapat hadir dengan stimulus keuangan yang dapat memicu dan memacu pergerakan angkutan barang. Hal ini diperlukan mengingat industri logistik merupakan backbones perdagangan dan industri lainnya yang tetap membutuhkan distribusi barang.
Namun tidak semua industri jasa logitik yang terkena dampak negatif dari Covid-19 sehingga diperlukan kebijakan pemulihan yang tepat sasaran.
“Dari semua yang sudah dibicarakan, maka mengkerucut pada dua hal kata kunci yaitu integrasi dan kolaborasi,” tandas Gede Pasek.