Liputan6.com, Jakarta- Kerap tampil memukau dengan lenggak-lenggoknya di panggung busana, dibalut baju jahitan desainer ternama. Perhatian tertuju kepada mereka, para pelaku industri mode kebanggaan Tanah Air. Namun akibat hantaman pandemi Covid-19, kini mereka harus berjuang jauh lebih keras lagi.
Aturan menjaga jarak membuat banyak pagelaran busana batal. Kebutuhan mendasar jauh lebih diutamakan, sedangkan kebutuhan tersier macam busana menjadi tak lagi banyak dipedulikan.
Situasi ini pun mendorong para desainer untuk harus Berani Berubah, membuat suatu gebrakan untuk bisa tetap menampilkan hasil karya mereka.
Advertisement
Salah satunya adalah dengan melakukan pagelaran secara virtual.
“Kita harus selalu promosi di media sosial karena itu salah satu untuk agar kita tetap bertahan di masa pandemi seperti ini,” ungkap Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Daerah Istimewa Yogyakarta Sugeng Waskito kepada Tim Berani Berubah.
“Dengan fashion show virtual ini, kita memang dituntut untuk mau berubah, dan memang yang bisa survive dalam pandemi ini orang-orang yang mau berubah. Selain itu, ini benar-benar sangat membantu para model mendapatkan job karena selama pandemi bener-bener belum ada job,” lanjutnya.
Sugeng mengatakan, pagelaran virtual ini ditujukan untuk mengangkat perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin melemah. Selain itu, gebrakan ini diharapkan juga bisa menginspirasi rekan lainnya untuk selalu kreatif dalam berinovasi. Sebab, pandemi Covid-19 memang membuat banyak desainer kesulitan menjual rancangan mereka.
Ide ini pun muncul agar penggemar fashion bisa tetap melihat karya baru tanpa harus datang dan menonton langsung. Sugeng juga merangkul 8 desainer dari APPMI dan 6 model perempuan untuk mewujudkan pagelaran virtual kali ini. Sampai sekarang, pagelaran virtual sudah diadakan sebanyak 4 kali selama masa pandemi.
“Kita bikin fashion show virtual ini agar kita bisa dishare ke media sosial Instagram, Facebook, untuk iklan karya-karya masing-masing,” jelas Sugeng.
“Yang ditunjukkan yaitu karya-karya yang ready to wear, karena kalau karya ready to wear itu setiap orang bisa langsung menggenakan, bisa langsung dipakai,” tambah dia.
Tantangan Lebih Sulit
Meski industri ekonomi kreatif banyak mengalami kerugian, tetapi kali ini sektor mode memiliki kesempatan kedua untuk tetap bertahan dan terus berjuang. Gebrakan fashion virtual ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk para calon pembeli.
Tetapi, proses pagelaran fashion virtual memang sangat berbeda dari pagelaran konvensional. Protokol kesehatan harus selalu diutamakan, dan penjualan tidak bisa langsung seperti dulu.
“Kalau show seperti biasanya itu kita bisa mengundang banyak penonton, bisa langsung jualan di situ. Kalau untuk fashion virtual kita harus berproses, harus ada syuting dulu, baru kita edit, dan baru kita share ke media sosial,” tuturnya.
“Tantangan untuk fashion show virtual sendiri itu lebih susah, kita berhadapan dengan kamera jadi untuk angle detail itu harus lebih terlihat. Kalau kita fashion biasa langsung dilihat banyak orang,” Sugeng melanjutkan.
Berbagai cara harus dilakukan untuk bertahan hidup di masa pandemi. Pastinya cerita Sugeng dan rekan-rekannya di APPMI DIY menjadi kisah inspiratif untuk pantang menyerah di saat kondisi terpuruk.
Yuk, ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.
Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com pada pukul 06.00 WIB di hari yang sama.
Advertisement