Liputan6.com, Jakarta - Tim gugus tugas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk riset inovasi Covid-19 telah memproduksi beberapa produk penilaian secara massal. Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan pihaknya telah memproduksi rapid tes dan alat PCR tes secara massal.
"Beberapa produk yang digunakan untuk screening seperti tes rapid telah dapat diproduksi secara massal," kata Hammam di Jakarta, Sabtu (3/10).
Dalam memproduksi dua alat tersebut BPPT bekerja sama dengan PT Prodia, PT Tempo Scan Pasific dan PT Padma. Hammam menyebutkan BPPT telah mampu meningkatkan produksi tes rapid hingga lebih dari 2 juta alat per bulan.
Advertisement
Dia untuk memenuhi kebutuhan 200 tes setiap hari, setidaknya produksi yang dibutuhkan sebanyak 6 juta alat tes dalam sebulan.
"Bila ingin memenuhi kebutuhan yang proyeksinya 6 juta per bulan dengan asumsi 200 tes per hari kali 30 hari," tutur Hammam.
Selain rapid tes, BPPT juga telah berhasil membuat alat tes PCR. Alat ini diproduksi bersama dengan startup Biomolekuler milik Bio Farma.
Pembuatan alat tersebut menggunakan metode multiplex yang memiliki tingkat akurasi dan kecepatan yang lebih baik dari metode simulfex. Penggunaan metode tersebut mampu produksi alat PCR kapasitas 1,5 juta per bulan.
"Sekarang berhasil memasuki generasi yang kedua dengan menggunakan metode multiplex berbeda dengan simulfex karena tingkat akurasi dan kecepatannya," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Â
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Indonesia Mampu Produksi 1,5 Juta Alat Tes PCR per Bulan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan minta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Bio Farma segera memproduksi alat PCR tes dan tes rapid untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan dalam negeri.
Luhut ingin BPPT dan Bio Farma segera menyusun kebutuhan yang diperlukan untuk membuat alat PCR tes dan tes rapid tersebut.
"Sekarang kita lihat BPPT dan Bio Farma untuk menyusun list apa saja yang dibutuhkan dan impor produk apa saja yang kita batasi, Kata Luhut dalam Rapat Koordinasi (Rakor) daring Pengembangan Produk-produk PCR dan Tes Rapid Dalam Negeri, Jakarta, Sabtu, (3/10).
Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini ingin kapasitas produksi domestik bisa terserap terlebih dahulu. Pilihan melakukan impor bila produksi dalam negeri tidak mencukupi. Sehingga dia memerintahkan BUMN memberikan investasi yang cukup untuk pembuatan alat PCR tes dan rapid tes.
"Oleh karena itu nanti BUMN kita dorong untuk membantu investasi dalam bidang ini," kata Luhut.
Untuk itu dia meminta Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong industri dalam negeri memproduksi alat-alat tersebut. Luhut ingin industri yang ada di Indonesia juga masuk ke sektor farmasi.
Catatan yang diterima Luhut, Bio Farma telah mampu memproduksi 1,5 juta alat tes PCR. Kapasitas produksi ini bisa ditingkatkan tiap bulannya hingga 3,5 juta.
Namun yang terpenting kata dia, memastikan stok reagen. Luhut pun memerintahkan Bio Farma untuk meningkatkan kapasitas produksi reagen di dalam negeri.
"Reagen ini saya minta Pak Honesti (Dirut Bio Farma) untuk juga produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri masih terbatas, sekarang bagaimana kita tingkatkan kapasitas itu," katanya.
Reagen ini diperlukan untuk ekstraksi yang digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit Covid-19.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.comÂ
Advertisement