Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berkomitmen untuk menekan impor garam industri. Sebab, itu berdampak langsung pada jatuhnya harga garam rakyat milik petani.
Sebagai catatan, harga garam rakyat telah anjlok di angka Rp 150 per kg sejak memasuki periode musim penghujan akhir 2019 hingga saat ini.
Baca Juga
Menindaki kondisi ini, Luhut menyatakan, pemerintah kini hanya memberikan izin impor kepada pelaku industri yang membutuhkan langsung garam sebagai bahan baku produknya. Sehingga pemerintah dapat lebih mengawasi masuknya garam impor sehingga tidak membebani harga di pasar domestik.
Advertisement
"Garam industri hanya diimpor oleh industri yang membutuhkannya. Sehingga nanti tidak ada lagi garam rakyat menjadi harganya seperti sekarang ini," tegas Luhut dalam sesi teleconference, Senin (5/10/2020).
Dia pun memproyeksikan harga garam bisa naik ke level Rp 1.000 per kg jika pemerintah dapat menekan angka impor untuk sektor industri.
"Garam rakyat itu harus kita maintain di Rp 1.000 (per kg) sehingga rakyat bisa menikmati garam ini. Mudah-mudahan bisa selesai 2021 akhir," ujar dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gunakan Teknologi
Sementara Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Ristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah akan memanfaatkan teknologi untuk membuat konsep garam industri terintegrasi.
Dengan begitu, ia menjelaskan, kualitas dan kadar NaCL garam rakyat bisa terangkat sehingga memenuhi kebutuhan dari pasar industri domestik.
"Kenapa harga rendah, karena kualitasnya masih di bawah garam industri. Dengan kebaradaan pabrik garam industri terintegrasi, maka harga akan naik otomatis, karena sesuai dengan apa yang diminta industri yakni NaCl di atas 97 persen," tuturnya.
Menurut analisisnya, kebutuhan produk garam untuk pasar industri Tanah Air bakal tercukupi jika pemerintah sukses mengembangkan konsep garam industri terintegrasi.
"Kalau kita kembangkan konsep garam industri terintegrasi, di mana setiap unitnya bisa menghasilkan 40 ribu ton per tahun, dengan investasi Rp 40 miliar, maka kalau kita bisa tambah 14-15 unit yang serupa, maka kita bisa menghasilkan kira-kira sampai 600-700 ribu ton per tahun," terangnya.
"Dan ini lah yang barangkali nanti bisa memenuhi paling tidak kebutuhan impor untuk aneka pangan," dia menandaskan.
Advertisement